Muntah darah di ketinggian 6.500 meter, terkena longsoran salju, kehilangan sembilan dari 12 cadangan oksigen, diterpa dinginnya angin salju menggigit tulang berkecepatan 180 km/jam. Ini "ujian" yang harus dirasakan tim Indonesia 7 Summits Expedition dalam perjalanan menundukan Gunung Everest (8.848 mdpl) pada pertengahan Mei 2012 lalu.
Cobaan ini akhirnya mengalahkan perjuangan Ardeshir Yaftebbi dan Fajri Al Luthfi, dua pendaki yang mencoba jalur selatan, mencapai puncak Everest. Namun, dua rekan mereka lainnya, Iwan Irawan dan Nurhuda, berhasil sampai ke puncak Gunung Everest atau Sagarmatha, Nepal, lewat jalur utara, Sabtu (19/5).
Iwan Irawan dan Nurhuda, menjadi tim Indonesia ketiga yang sukses menjejakkan kaki di Everest sebagai bagian dari ekspedisi 7 Summits menundukan tujuh gunung tertinggi di dunia.
Sebelumnya di tahun 2011, tim Mahitala Universitas Parahyangan yang terdiri dari Sofyan Arief Fesa (29), Xaverius Frans (25), Broery Andrew Sihombing (23), dan Janatan Ginting (23) mencapai puncak Everest tepat pada hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2011. Ekspedisi mereka juga bagian dari pendakian tujuh puncak dunia (Seven Summiters).
Sedangkan tim Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Everest dicatat oleh Ekspedisi Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) di tahun 1997 oleh Asmujiono dan Misirin.
"Saya awalnya berhasil aklimatisasi di ketinggian 7.300 meter, tapi kemudian entah terkena virus atau bakteri, saya batuk darah, ngga ada kesempatan untuk pemulihan," cerita Ardeshir yang juga pemimpin tim Indonesia 7 Summits Expedition ketika berbincang dengan National Geographic Indonesia, Selasa (5/6). "Di ketinggian seperti itu, batuk atau flu biasa akan jadi hal luar biasa," kenangnya lagi.
Ditambahkan Ardeshir, jika dari awal mereka memprediksi akan adanya halangan. Maka itu tim tersebut sengaja kami dipecah dua tim (utara dan selatan), untuk mencapai peluang keberhasilan 100 persen mencapai puncak Everest.
Tim ini awalnya terdiri atas enam pendaki. Selain Ardeshir, Iwan Irawan, Nurhuda, dan Fajri Al Luthfi, terdapat juga nama Martin Rimbawan dan Gina Afriani sebagai satu-satu perempuan dalam tim. Namun, dua nama terakhir mengalami kendala kesehatan.
Tapi ini tak menghalangi nama tim Indonesia 7 Summits Expedition untuk masuk dalam jajaran elit seven summiter atau pendaki tujuh puncak gunung tertinggi di dunia. Dalam situs 7summits, terdaftar 348 nama pendaki yang sukses sebagai seven summiter.
"Para pemuda ini menjadi pahlawan Indonesia dengan mengibarkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia," kata Dubes Indonesia untuk Banglades dan Nepal Zet Mirzal.
Sebelumnya, Ardeshir dan tim sudah berhasil mencapai enam puncak tertinggi di dunia, yaitu Cartenz Pyramid di Papua pada 18 April 2010, Kilimanjaro di Afrika pada 1 Agustus 2010, Elbrus di Rusia pada 19 Agustus 2010.
Sedangkan tiga puncak lainnya, Aconcagua di Argentina pada 7 Desember 2010, Denali/McKinley pada 15 Mei 2011, dan terakhir Vinson Massif pada 6 Januari 2012. Untuk pendakian Everest, keempatnya mulai bertolak dari Tanah Air sejak 29 Maret 2012.
"Ekspedisi ini bukan untuk pribadi, kita ingin menginspirasi masyarakat Indonesia untuk menaklukan "Everest"-nya sendiri. Buat kami mungkin menaklukan Everest yang sesungguhnya. Tapi mungkin untuk seorang guru, "Everest" mereka adalah menjadikan muridnya sebagai seorang profesor. Wujudkan mimpi itu setapak demi setapak," ujar Ardeshir lagi.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR