Romo Soegijapranata atau Romo Kanjeng yang merupakan uskup pibumi pertama di Indonesia ternyata adalah orang yang turut andil bagian dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pria yang lahir di Surakarta Jawa Tengah pada tanggal 25 November 1896 ini terkenal dengan kepimpinannya yang silent diplomacy, kebangsaan, dan mengunggulkan nilai-nilai humanisme.
“Soegija hadir di tengah situasi gejolak perang Asia Pasifik ketika harapan tumbuhnya keadilan disertai dengan berbagai bentuk kekerasan dan penderitaan yang melibatkan bangsa-bangsa di dunia, persoalan nasionalisme, dan transisi kepemimpinan di daerah-daerah di Indonesia,” papar Garin Nugroho, sutradara ternama Indonesia, dalam jumpa pers "Soegija”, di Yogyakarta, Kamis (7/6).
Garin yang juga menjadi sutradara film ini menambahkan, Soegija adalah sosok yang berusaha memandu religiusitas dalam perspektif nasionalisme yang humanis. Ia menjalankan silent diplomacy, melakukan perundingan damai yang melibatkan Sekutu (termasuk Belanda), Jepang, dan Indonesia di tengah perang lima hari di Semarang. Hingga akhirnya Vatikan sebagai pusat otoritas tertinggi gereja katolik mendukung kemerdekaan Indonesia.
Soegija juga melakukan surat menyurat dan pertemuan dengan pemimpinan Indonesia seperti Syahrir, Soekarno, serta tokoh perjuangan lainnya. Ia bahkan ikut mendukung organisasi gerakan pemuda serta pelayanan sosial. Bahkan pasca kemerdekaan, ia memindahkan Keuskupan Agung Semarang ke Yogyakarta dalam rangka NKRI yang waktu itu beribukota di Yogyakarta.
“Perjuangan Soegija mengingatkan kita pada rasa nasionalisme yang tinggi pada Indonesia.Untuk meningkatkan rasa nasionalisme ini, ia sering melakukan panduan nilai kepemimpinan lewat kunjungan warga, khotbah dan tulisan-tulisan. Antara lain 'apa artinya menjadi bangsa merdeka jika kita gagal mendidik diri sendiri'," kata Garin.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, sosok Soegijo adalah sosok pemimpin yang memiliki integritas kuat untuk mempertahankan negara. Sosoknya patut dicontoh karena rasa kemanusian, kejujuran, serta pengabdian masyarakat yang total.
Soegija juga seorang uskup yang secara naluriah menunjukkan kecintaan pada tanah air. Memberi makna dan semangat pada zaman itu untuk menghayati Indonesia dan nilai kekatolikannya. “Kita dilahirkan dengan suatu perjuangan, mungkin semangat ini yang harus tetap kita hidupkan,” tambah Pemimpin Umum Kompas, Jacob Oetama
Antropolog Indonesia, Moeslim Abdurrachman juga turut mengapresiasi film "Soegija". Dikatakannya sosok Soegija adalah pemberi nilai humanisme, pluralisem, patriotisme, multikultur. Nilai-nilai inilah yang patut diresapkan dan dikembangkan saat ini mengingat pengaruh globalisasi yang mengancam kebudayaan Indonesia.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR