Bendera Uni Emirat Arab berkibar di atas gerbang dan menara berlatar langit sore yang masih membiru di Bur Dubai, kawasan Bastakiya. Jauh sebelum minyak bumi ditemukan di belahan Arab, bangunan militer yang tersusun atas batu-batu koral berlapis lumpur itu pernah menjadi pertahanan apabila terjadi penyerangan dari suku-suku sekitar.
Serombongan pelancong memadati pintu masuk Dubai Museum, sementara lainnya mengabadikan foto mereka bersama bangunan yang dulunya pernah menjadi markas garnisun dan penjara. Setelah membeli tiket seharga tiga dirham mereka bisa berkeliling di dalam benteng ini. Umumnya warga Dubai merayakan hari Jumat yang merupakan hari libur di Dubai dengan berkunjung ke pusat perbelanjaan atau wisata. Kebetulan beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengikuti acara melancong bersama maskapai Garuda Indonesia ke wilayah ini.
Benteng Al Fahidi memiliki tiga bastion, dua berbentuk silinder, sedangkan lainnya kotak. Bagi masyarakat Dubai, benteng ini merupakan bangunan satu-satunya yang mengingatkan mereka sejarah negeri itu. Salah satu menara bastionnya dibangun pada 1787 dan diyakini sebagai bangunan tertua di kota ini.
Selain sebagai bangunan penanda usia kota, kini benteng Al Fahidfi menjadi monumen sekaligus tempat menyimpan temuan arkeologis di Dubai.
Museum ini menyajikan diorama yang berkisah tentang kehidupan tradisional masyarakat Dubai. Berbagai profesi masa lalu digambarkan dengan profil dan tata cahaya yang membuat setiap adegan berkesan hidup.
Pengunjung dapat menyaksikan bagaimana kehidupan Dubai masa lalu: kuli angkut di pelabuhan, perajin logam, toko tradisional, penjahit, tukang kayu, hingga para penyelam tradisional pencari mutiara. Temuan perabot dari Afrika dan negeri-negeri di Asia juga turut dipamerkan sebagai bukti perdagangan di kawasan itu.
Kini, Dubai dihuni tak kurang dari 2,3 juta jiwa dengan warga asli atau yang lebih dikenal sebagai emirati hanya sekitar 20 persennya saja. Lalu siapa yang menguasai kesempatan kerja di Dubai? Mereka umumnya adalah para perantau asal India dan Pakistan yang bekerja dari tingkatan buruh sampai juragan.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR