Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat menyatakan prediksi akan mulai adanya potensi kehancuran ekologis di Provinsi Sumatera Barat.
Menurut Direktuf Eksekutif Walhi Sumbar Khalid Saifullah di Padang, Jumat (2/10), sejak 2007 lalu Walhi telah melakukan kajian terhadap akan adanya potensi bencana ekologis di provinsi itu. "Dan nampaknya kini terbukti dengan banjir bandang dan juga tanah longsor yang semakin sering terjadi di sejumlah kabupaten dan kota dalam beberapa bulan terakhir," ujar Khalid.
"Prediksi ini berdasarkan pantauan dan temuan-temuan di lapangan terhadap banyaknya pembalakan liar, pembukaan lahan perkebunan, maupun adanya lahan pertambangan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan serta daya dukung," tambahnya.
Bencana alam antara lain terjadi di Kabupaten Solok Selatan, yang sudah tercatat pernah beberapa kali mengalami banjir dalam lima tahun terakhir.
Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dan tindakan sesegera mungkin dari pemerintah guna mengurangi dampak bencana yang lebih luas. Bencana ekologis tersebut, kata Khalid, jika tidak segera diantisipasi oleh pemerintah maupun penegak hukum dan kesadaran masyarakat, tidak tertutup kemungkinan setiap bulan akan terus terjadi longsor, banjir, dan bencana alam lain.
Berdasarkan siaran pers Walhi bulan September terkait situasi di Sumatera Barat, tak tanggung-tanggung, bahkan kawasan lindung dan lahan-lahan pertanian pangan berkelanjutan yang saat ini dalam posisi terancam karena dijadikan lahan pertambangan.
Misalnya Kabupaten Solok, setidaknya 222 hektare lahan produktif masyarakat yang terancam dengan hadirnya dua perusahaan tambang biji besi, atau di Kabupaten Sijunjung di mana terdapat sekitar 548 hektare areal persawahan yang sudah dikonversi menjadi pertambangan emas.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR