Hoopes, profesor antropologi dan direktur Global Indigenous Nations Studies Program yang memimpin penelitian tersebut merupakan salah satu pakar tentang bola-bola batu Kosta Rika. "Laporan paling awal tentang batu-batu itu berasal dari akhir abad ke-19, tetapi mereka tidak benar-benar dilaporkan secara ilmiah sampai tahun 1930-an, jadi itu adalah penemuan yang relatif baru," kata Hoopes kepada Sciencedaily.
Batu-batu tersebut berjumlah lebih dari 300 dan batu terbesar memiliki berat sekitar 16 ton dengan diameter 8 kaki atau sekitar 2,5 meter. Sebagian besar batu tersebut terdapat di wilayah Delta Diquis, Kosta Rika Selatan. Tetapi banyak di antaranya telah dipindahkan, dibeli untuk dijadikan hiasan, rusak karena erosi dan aksi vandalisme.
Peneliti Kansas University mengatakan bahwa para ilmuwan percaya bahwa batu-batu itu pertama kali dibuat sekitar 600 M, dengan sebagian besar berasal dari setelah 1.000 M, sebelum penaklukan Spanyol. Penanggalan karbon pada batu tersebut sangat sulit dilakukan karena terbuat dari bahan yang sangat keras.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Batu Batas Suci Kota Roma Kuno Berusia 2.000 Tahun
"Kami (lantas) menentukan usia bola berdasarkan tembikar dan penanggalan radiokarbon yang terkait dengan endapan arkeologis yang ditemukan bersama bola batu tersebut," kata Hoopes.
Pada tahun 2014, UNESCO menambahkan bola-bola batu itu dalam daftar Warisan Dunia. UNESCO menyebutnya sebagai “objek khusus yang menakjubkan dan dikagumi". Bola batu itu juga disebut langka dalam kesempurnaan, struktur bola berukuran besar tetapi juga berbeda karena jumlah dan lokasinya di posisi aslinya di dalam pemukiman. Bola-bola itu jelas sangat mencolok, membuat para peneliti dan turis semakin penasaran tentang asal-usulnya.
Misteri dan Pseudosains
Menurut Hopes, spekulasi dan pseudosains telah mengganggu pemahaman umum tentang bola-bola batu itu. Misalnya, klaim bahwa bola dikaitkan dengan benua Atlantis yang hilang. Klaim laim dengan meyakini bahwa bola-bola batu itu adalah alat bantu navigasi atau peninggalan yang terkait dengan Stonehenge atau kepala besar di Pulau Paskah.
Source | : | Science Daily,Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR