67 tahun lalu, tepatnya pada 5 Desember 1945, lima pesawat pengebom Amerika Serikat, Flight 19, lepas landas dari Ft.Lauderdale Naval Air Station di Florida. Ini merupakan penerbangan rutin selama tiga jam dengan rute ke timur 120 mil, utara 73 mil, dan kembali lagi ke 120 mil menuju ke markas Angkatan Laut. Namun, mereka tak pernah kembali.
Dua jam pasca lepas landas, pemimpin skuadron melaporkan kompas miliknya -termasuk kompas cadangan- rusak. Posisinya pun tidak diketahui berada di mana. Pesawat lain pun mengalami masalah serupa.
Radio di darat kemudian dihubungi untuk menemukan lokasi kelima pesawat ini. Tapi usaha tersebut gagal. Setelah tambahan dua jam lagi, terdengar suara perintah pemimpin skuadron agar anak buahnya meninggalkan pesawat masing-masing karena kehabisan bahan bakar.
Saat ini terjadi, beberapa radar darat berhasil menemukan lokasi Flight 19. Yakni di sekitar utara Bahama dan timur pantai Florida. Malam pukul 07.27, dimulailah misi pencarian dan penyelamatan oleh pesawat udara berisi 13 orang kru.
Malang bagi pesawat penyelamat ini, mereka juga hilang. Namun, ada laporan dari kapal tanker yang melintas, terdengar suara ledakan hanya 23 menit setelah pesawat penyelamat lepas landas.
Peristiwa menghilangnya 14 pria dari Flight 19 dan 13 kru dari tim penyelamat, menimbulkan usaha pencarian besar-besaran. Dengan melibatkan ratusan kapal dan pesawat terbang yang meniti ribuan kilometer Samudra Pasifik, Teluk Meksiko, dan beberapa lokasi terpencil di Florida. Tapi tidak setitik pun jejak mayat atau pecahan pesawat yang ditemukan.
Pejabat Angkatan Laut kemudian menyebutkan jika kesemua kru yang hilang merupakan korban cuaca buruk. Meski demikian, muncul rumor misteri yang mengangkat keangkeran Segitiga Bermuda --lokasi yang membentang dari selatan pantai AS ke Bermuda, turun ke Atlantik, pesisir Kuba dan Santo Domingo. Segitiga Bermuda ini dikeramatkan "menghisap" pesawat dan kapal laut yang melintas di dalamnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR