Epigrafi, kajian mengenai tulisan, selalu terkait dengan berbagai bidang ilmu. Dalam cakupan arkeologi, epigrafi bersinggungan sejarah kuno Indonesia. Epigrafi merupakan jalan memahami sejarah kuno berdasarkan sumber prasasti.
Paparan ini disampaikan Edi Sedyawati saar seminar internasional bertemakan senada, "Epigrafi dan Sejarah Kuno Indonesia," di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Depok, Rabu (5/12). Acara diadakan dalam rangka mengenang Prof. Boechari sekaligus meluncurkan buku berisi kumpulan artikel (bunga rampai) dan alih aksara prasasti yang dikerjakan beliau.
Boechari (1927-1991) ialah pakar epigrafi dan sejarah kuno Indonesia yang sampai saat ini sulit dicari bandingannya. Mahasiswa arkeologi UI sampai dengan angkatan 1980-an familiar dengan namanya. Karya-karyanya membuka tabir kegelapan sejarah Indonesia yang sebelumnya tidak bisa dijelaskan para ahli.
Meski demikian, karya Prof. Boechari baik mengenai epigrafi maupun sejarah kuno Indonesia tersebar di berbagai penerbitan ilmiah di dalam dan luar negeri.
Untuk itu pihak Departemen Arkeologi Universitas Indonesia, seperti dinyatakan Kepala Departemen Arkeologi FIB UI Kresno Yulianto Soekardi, bekerja sama dengan Ecole Francais d'Extreme-Orient (EFEO) dan KPG menerbitkan buku "Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti."
Diharapkan buku ini dapat memperdalam pengetahuan bagi akademisi dan mahasiswa bidang arkeologi pada khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya. "Profesor Boechari melalui ketekunannya, dapat memberi penjelasan kepada kita mengenai makna yang ada dalam prasasti kuno tersebut," kata Kresno.
Seminar menghadirkan sejumlah guru besar arkeologi sebagai pembicara pula. Antara lain Hermann Kulke dari Universitas Kiel-Jerman, John N. Miksic dari National University of Singapore, Noerhadi Magetsari, Hariani Santiko, serta Arlo Griffiths yang merupakan Ketua EFEO Jakarta.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR