Sasando giat dipromosikan untuk mendapat pengakuan khalayak, baik dari kalangan nasional maupun internasional. Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur ini sedang diperjuangkan agar mendapat pengakuan Unicef-PBB.
Agus Beda Ama, Ketua Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik FKIP Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, mengatakan bahwa sasando bisa digarap menjadi musik instrumen internasional asalkan ditata dan dimodifikasi sesuai kebutuhan.
"Sasando elektrik pun kini mengarah ke sana. Sebelumnya hanya ada sasando gong dengan nada-nada etnis atau khas lokal, seperti nada-nada gamelan, salendro dengan susunan nada berbeda-beda, sehingga punya keterbatasan menghasilkan nada," jelasnya.
Ia menegaskan kembali, penampilan sasando elektik sudah memiliki prospek cerah mengarah ke musik internasional. Sebab sasando elektrik sudah dapat menghasilkan nada pentatonik yang lebih kaya.
Menata instrumen sasando yang dimodifikasi juga membutuhkan ahli-ahli musik dari beberapa unsur, untuk menghasilkan orkes-orkes standar. Penataan dari sisi organologis, bentuk, serta ukuran sasando. Bahan yang diambil membuat sasando juga berpengaruh pada kualitas bunyi.
Selama ini, menurut Beda Ama, dari semua pentas sasando nasional terkesan cuma untuk sosialisasi memperkenalkan sasando pada publik. Namun, tidak dipentingkan bagaimana mementaskan permainan sasando dengan penggarapan efektif.
"Sasando instrumen tunggal. Jika dimainkan bersamaan, tidak cuma memainkan sasando begitu saja melainkan butuh digarap untuk menghasilkan harmonisasi. Ada pengelolaan suara, aransemen, dan lain-lain," imbuhnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR