Fenomena perubahan iklim sering dikaitkan dengan pencairan gletser dan es di laut, meningkatnya frekuensi gelombang panas, dan badai yang kuat. Ternyata bukan hanya hal itu saja, penelitian mengungkap perubahan iklim juga mempengaruhi peningkatan keasaman air laut.
Rasa asin atau salinitas pada air laut dikendalikan oleh berapa banyak air yang mengalir ke laut dari sungai dan juga hujan yang bercampur evaporasi. Peristiwa ini dikenal dengan siklus air.
Ketika perubahan iklim terjadi dan bumi semakin panas, maka matahari akan bersinar lebih banyak. Mengakibatkan semakin banyak air yang menguap (evaporasi). Proses evaporasi ini meninggalkan garam dengan konsentrasi tinggi di beberapa tempat.
Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan ini menyebar melalui pergerakan aliran air sehingga mengubah salinitas air laut. Ahli kelautan dari Scripps Institution of Oceanography dan Lawrence Livermore National Laboratory mengungkapkan, data sidik jari perubahan salinitas mulai dari tahun 1955 hingga 2004 dari 60 derajat lintang selatan hingga 60 derajat utara pada kedalaman 700 meter di Samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia.
Dalam penelitiannya mereka menemukan perubahan salinitas sesuai dengan perkiraan mereka, yaitu disebabkan oleh beberapa faktor alam yang terjadi secara alamiah seperti El Nino dan letusan gunung berapi.
Selanjutnya mereka mencoba membandingkan dengan 11.000 tahun data laut yang dihasilkan dari simulasi 20 model terbaru global. Ketika dibandingkan, mereka menemukan bahwa perubahan terlihat di lautan sesuai dengan dugaan mereka: manusia melawan iklim.
Terlebih lagi ketika mereka mengombinasikan dengan perubahan suhu salinitas, jejak manusia makin terlihat jelas. "Hasil ini menambah bukti bahwa manusia memaksa iklim terjadi dan telah mengubah iklim. Hal ini memiliki dampak mendalam bagi orang-orang di seluruh dunia dalam dekade mendatang," ujar pernyataan ahli kelautan yang terlibat dalam penelitian.
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR