Manusia yang telah mencapai angka populasi 7 miliar jiwa telah kami gaungkan sejak tahun lalu. Populasi yang bertambah sesak itu tentu menimbulkan masalah baru, salah satunya kebutuhan pangan. Indonesia, dengan angka populasi yang besar, tak lepas dari persoalan itu.
Menurut Badan Pangan Dunia, sekitar 925 juta penduduk mengalami kekurangan gizi di seluruh dunia pada 2011. Negara kita (dengan jumlah penduduk sebanyak 241 juta jiwa - BPS, 2012) telah mengalami permintaan pangan bertambah dalam jumlah, mutu dan keragamannya.
Sementara itu, pertumbuhan kapasitas produksi pangan lokal telah menghadapi sejumlah hambatan, seperti alih fungsi lahan, dukungan infrastruktur pangan yang kurang memadai, regulasi yang kurang mendukung produksi pangan lokal, agroekosistem yang tidak sesuai, keberpihakan pada pangan impor, iklim usaha yang tidak kondusif dan perubahan iklim.
Dari populasi sebesar itu, ternyata angka penduduk perempuan mendominasi (sebanyak 51%). Itu sebabnya, perempuan berperan penting dalam berbagai bidang. Kita dapat ambil contoh, peran kaum hawa dalam ketahanan pangan, gizi dan kesehatan keluarga.
Di dalam bidang ini, seorang perempuan mengambil keputusan, misalnya memilih bahan pangan, mengolahnya secara sehat, dan memilih kebutuhan rumah tangga yang ramah lingkungan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang bahan pangan sehat dan memenuhi kebutuhan gizi, cara pengolahannya dan kebutuhan rumah tangga yang ramah lingkunganmenjadi penting untuk dimiliki setiap perempuan Indonesia.
Peran perempuan itu terungkap dalam sebuah festival yang bertemakan "Perempuan dan Pangan". Gelaran yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI pada Sabtu (22/12) itu membuka wawasan kita bagaimana perempuan belajar, mendengar, dan berdiskusi bersama para pakar dalam memilih dan mengolah bahan pangan lokal yang sehat juga tentang kebijakan pangan baik skala lokal maupun nasional.
Festival Perempuan dan Pangan ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan KEHATI, dengan Badan Ketahanan Pangan – Kementerian Pertanian, Dompet Dhuafa, Omar Niode Foundation, Jaringan Radio Suara Petani dan Nelayan (JRPS), Kalbe Farma, Tabloid Nova, Majalah Womens&Health, dan Unilever Indonesia.
MS.Sembiring, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI di dalam festival itu mengatakan,”Indonesia punya keragaman pangan sangat tinggi yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk bahan pangan.”
Ia melanjutkan, ”Perempuan merupakan kunci untuk pelestarian keragaman sumber pangan, dan kesehatan keluarga, di festival ini kaum perempuan dapat berbagi dan mendapatkan pengetahuan tentang bahan lokal, pengolahannya yang sehat dan memenuhi kebutuhan gizi, juga kebijakan tentang ketahanan pangan”
Pada festival ini beragam acara yang diadakan seperti pojok konsultasi: konsultasi kesehatan (kadar gula dan tekanan darah), pertanian sehat, pengolahan pangan lokal, dan makanan bayi sehat. Juga pengolahan sarapan sehat oleh Chef dari hotel bintang lima Jakarta.
Selain pojok konsultasi juga ada Sarasehan pangan dengan narasumber: Nur Mahmudi Ismail (Walikota Depok), Gayatri Karyawati Rana (Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian), Rosalina Pulubuhu (PT. Kedai Balitaku), Ambarwati Esti Pertiwi (Roti & Kue Sehat “Arum Ayu”), Erna Cipta Fahmi (RS Rumah Sehat Terpadu - Dompet Dhuafa), Ida Farida (Pertanian Sehat Indonesia).
Melalui kegiatan seperti ini kita dapat terus mendukung peran perempuan terutama para Ibu untuk menjaga ketahanan pangan keluarga. Karena perempuan memiliki ikatan yang kuat dengan keanekaragaman hayati karena sebagian besar hidupnya melibatkan alam sekitar untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
Mereka yang paling tahu akan pemanfaatan keanekaragaman hayati dan mempunyai sifat alamiah untuk menjaga dan merawatnya. Perempuan seumur hidupnya secara alamiah telah mengembangkan pengetahuan untuk memperoleh kehidupan dari keanekaragaman hayati yang ada di lingkungannya. Selain itu perempuan berperan besar dalam mendidik generasi penerus untuk peduli dan mau merawat alam sekitarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR