Sistem transportasi sungai menjadi alternatif untuk mengatasi banjir Jakarta. Bahkan, solusi ini memiliki dampak sistemik yang positif terhadap kehidupan sekitarnya. Hal ini dikatakan oleh Peneliti Ekohidrolik, Sungai, Banjir dan Lingkungan dari Fakultas Teknik UGM, Agus Maryono, Jumat (1/2) di Daerah Istimewa Yogyakarta, ketika mengajukan konsep penggabungan banjir dan penanganan masalah kemacetan di Jakarta.
Agus mengatakan, bila sungai dimanfaatkan menjadi sarana transportasi, maka secara otomatis kedalaman, lebar, dan sedimentasi sungai selalu terpelihara sehingga banjir dapat teratasi. Namun, bila sungai di perkotaan tidak dimanfaatkan sebagai sarana transportasi, maka sungai menyempit dan dangkal karena tidak ada pemeliharaan dan perhatian rutin.
Jakarta memiliki potensi besar untuk mengembangkan transportasi sungai ini. Ada sedikitnya 13 sungai yang melintas kota Jakarta yakni dari sebelah barat, Sungai Pesanggarahan, Sungai Grogol, Sungai Krukut, Sungai Mampang, Sungai Ciliwung, Sungai Sentiong, Sungai Cipinang, Sungai Sunter, dan Sungai Buaran. Sungai ini menghubungkan Jakarta Selatan-Tengah dan Utara baik di Jakarta Timur dan Barat.
Sistem transportasi sungai, lanjutnya, dilakukan dengan menetapkan skala prioritas sungai-sungai yang akan dikembangkan. Jembatan rendah dengan pilar di tengah sungai secara bertahap diubah menjadi jembatan tinggi. Kemudian penyempitan sungai dilebarkan kembali dengan relokasi dan pendangkalan, serta masalah sampah dilakukan dengan manajemen sedimen yang sistemik.
"Sedimen di dalam sungai-sungai tersebut bisa dikeruk melalui program normalisasi sungai. Sedimen tersebut tidak lantas dibuang karena bernilai ekonomis dan dapat dijual," paparnya.
Bahkan dengan adanya konsep transportasi sungai, kualitas air akan semakin membaik karena kebersihan sungai terjaga. Tidak ada masyarakat yang merusak sungai dengan sampah padat atau limbah karena ada peringatan dari para pengguna model transportasi sungai.
Ekologi di lingkungan sungai pun juga semakin baik karena tumbuhan akan banyak ditanam untuk meredam gelombang.
"Transportasi sungai pun lebih ekonomis karena tidak perlu aspal. Selain itu lebih efisien untuk angkutan barang, termasuk untuk container dan tidak merusak jalan,"ungkapnya.
Untuk mengembangkan transportasi sungai di Jakarta, perlu persiapan fisik. Di antaranya normalisasi sungai yang dangkal dan sempit serta meninggikan jembatan hingga di atas empat meter. Hal ini dilakukan agar kapal-kapal besar bisa lewat untukmeningkatkan nilai ekonomis mau pun pariwisata masyarakat.
"Perlu inisiasi juga perahu atau bus sungai serta infrastruktur dermaga pemberhentian pada lokasi-lokasi yang terkait dengan perkembangan ekonomi dan jalan keluar kemacetan lalu lintas," tambahnya.
Konsep transportasi sungai ini lebih hemat biaya dibandingkan konsep deep tunnel yang bisa menghabiskan anggaran sebesar Rp500 triliun.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR