Banyak cara dilakukan pejalan untuk mengekspresikan diri asalnya saat bepergian. Antara lain, mengenakan badge atau emblem pada jaket, juga menerakan lambang negara atau bendera pada topi, tas, dan backpack.
Sebagai warga Indonesia, penulis sangat berbangga hati karena begitu banyak benda ukuran kecil sampai sedang dari seluruh penjuru Tanah Air yang dapat digunakan sebagai identitas, salah satunya syal atau scarf.
Pada masa awal solo backpacking, selembar syal batik dikenakan di leher untuk menujukkan negeri asal. Seiring waktu, kain-kain tenun mungil dari berbagai daerah kawasan timur Indonesia, juga menjadi koleksi.
Materialnya bermacam-macam; mulai dari benang katun sampai serat nanas dengan berbagai pola menawan. Dapat dikenakan melingkar begitu saja di leher sampai dibuat semacam dasi dengan berbagai teknik.
Maka itu saat bepergian ke Nusantara, agendakan waktu untuk menilik sentra kerajinan lokal termasuk pembuatan kain tenun atau batik setempat. Meski dibuat untuk konsumsi umum, banyak koleksi yang dibuat secara khusus dengan makna mendalam. Berikan apresiasi terhadap karya jenis ini.
Lalu, terapkan fairness saat melakukan pembelian, dengan mengingat tingkat kesulitan. Paling tepat bila membeli langsung pada seniman pembuatnya. Perhatikan pula syal tenun kualitas prima yang menggunakan pewarna alam, karena mungkin memerlukan perlakukan khusus dalam pencucian dan penyimpanan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR