"Ini mungkin karena lingkungan tropis sudah sangat tua, berasal dari era dinosaurus dan tidak banyak berubah," kata O'Hara seperti dikutip Live Science.
"Hal ini memungkinkan beberapa 'fosil hidup' ini bertahan hingga zaman kita," tambahnya.
O'Hara menemukan bintang rapuh pada tahun 2015, dalam tong spesimen tak dikenal yang disimpan di Museum Nasional Sejarah Alam Prancis di Paris. Spesimen dikumpulkan pada tahun 2011, selama ekspedisi ke Kaledonia Baru, sebuah wilayah Prancis di Pasifik Selatan.
Para ilmuwan telah menggunakan jaring besar yang disebut pukat balok untuk mengambil sampel dari dasar laut dari punggung gunung berapi bernama Banc Durand dan memunculkan bintang baru yang rapuh.
Baca Juga: SpongeBob SquarePants dan Patrick 'Versi Nyata' Ditemukan di Atlantik
Spesimen itu aneh, dengan delapan lengan, bukan lima atau enam, seperti yang lebih khas untuk bintang rapuh. Ia memiliki rahang panjang di bagian bawah tubuhnya, penuh dengan gigi. Lengannya memiliki pola kerangka aneh yang tampak seolah-olah dibangun dari lusinan moncong babi kecil yang disatukan.
"Bahkan dari pandangan pertama, saya bisa melihat bahwa itu berbeda dari semua bintang rapuh lainnya yang saya lihat," kata O'Hara.
Setelah mengurutkan DNA spesimen, O'Hara dan rekan-rekannya menyadari bahwa bintang rapuh tidak terkait erat dengan spesies echinodermata yang diketahui, kelompok yang mencakup bintang rapuh yang diketahui sebelumnya, bintang laut, dan penghuni dasar simetris lainnya.
Baca Juga: Lahir dan Besar di Air, Apakah Ikan Juga Bisa Mati Tenggelam?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR