Pabrik pengecoran baja siap dibangun di dekat gerbang Wringin Lawang dan Candi Wates Umpak di situs Kerajaan Majapahit, di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Rencana pembangunan pabrik ditentang masyarakat karena khawatir akan merusak situs.
"Izin mendirikan bangunan sudah diberikan Pemerintah Kabupaten Mojokerto," kata Ribut Sumiyono, warga Desa Wates Umpak sekaligus penggiat budaya di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Senin (22/7).
Pabrik baja akan dibangun di pinggir jalan Surabaya - Madiun tepatnya di Desa Jati Pasar dan Desa Wates Umpak, tak jauh dari situs Trowulan. Situs ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dari abad 13 - 15 Masehi. Kawasan situs ini ditemukan pada abad ke-19.
Di bagian depan terdapat Wringin Lawang, yakni gapura untuk masuk kota kuno Majapahit, berupa susunan batu bata merah setinggi 15,5 meter, sedangkan luas dasarnya sekitar 11 meter x 13 meter. Adapun Wates Umpak diduga merupakan fondasi bangunan. Luas wilayah kota Majapahit kuno diperkirakan 9 km x 11 km.
Selain kedua situs itu, terdapat pula Candi Tikus berupa pertirtaan atau kolam pemandian ritual yang ditemukan pada 1914.
Di bagian lain kawasan Trowulan juga ada Candi Bajang Ratu berupa susunan batu bata dengan struktur yang indah setinggi 16,5 meter. Di sisi ain terdapat kolam segaran yang luasnya sekitar 500 meter x 800 meter yang ditemukan tahun 1926.
Berbagai situs ini ditemukan pada masa kolonial Belanda dalam kondisi terkubur lumpur. Diduga, situs peninggalan Majapahit itu terkubur material letusan Gunung Kelud.
Cagar budaya
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur Aris Sofyani membenarkan adanya rencana pembangunan pabrik baja di dekat situs Trowulan. Menurut data yang ada, kata Aris, pabrik tersebut luasnya 36.728 meter persegi dan dibangun di atas areal pabrik lama milik PT Pembangkit Ekonomi Desa.
Pabrik lama yang sudah ada sejak tahun 1970-an itu bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian. Adapun pabrik baja itu nantinya akan melakukan pengecoran untuk assembling pelat baja pada alat-alat berat. Situs Trowulan juga sudah diajukan pemerintah kepada UNESCO sejak 2009 sebagai Warisan Dunia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR