” Bila kau berziarah mengunjungi makamku
Engkau akan melihat batu nisanku menari-nari ...”
(Jalaludin Rumi, Mathnavi)
Petikan di atas diambil dari salah satu kitab karya Maulana Jalaludin Rumi, mistikus besar dan pemikir Muslim yang dilahirkan saat era Dinasti Seljuk, lebih dari 800 tahun silam.
Dalam bait itu, Rumi mengatakan tentang kedalaman pengalaman ziarah yang sangat berhubungan dengan sukacita. Pandangan spiritual Rumi yang bertumpu pada universalitas dan humanitas membawa datangnya para peziarah dari semua latar belakang — baik Muslim, Arab, Kristiani, Iran, dan beragam bangsa lain.
Rumi (1207-1273) kini disemayamkan di tempat di mana sebagian besar hidupnya dihabiskan. Makam itu berada di tengah-tengah kota Konya. Konya merupakan kota kecil di Provinsi Anatolia, Turki. Kota ini menjadi ibukota Dinasti Seljuk pada abad ke-11. Letak Konya tidak jauh dari wilayah Kurdistan, dan dekat dari perbatasan Turki-Suriah-Irak.
Untuk mengalami pengalaman spiritual Rumi yang lebih mendalam, tak jarang ada peziarah yang berjalan kaki dari Istanbul–yang berjarak sekitar 650 kilometer–sampai ke makamnya di Konya.
Makam Rumi terletak di sebuah kompleks Mevlana Museum (Mevlana adalah sebutan singkat bagi nama Rumi yang dalam bahasa Turki Mawlana Jalal ad-Din Muhammad Balkhi-Rumi), yang dibangun dengan gaya arsitektur nan megah serta berhias desain indah. Suatu cupola yang cukup khas berwarna hijau menjulang tinggi menaungi batu nisan Rumi. Ratusan orang pengunjungnya setiap hari.
Memang terkenal sebagai destinasi turis terutama karena makam sang sufi, yang menarik lainnya adalah juga tarian para darwis atau whirling dervishes yang dianggap simbolisasi ajaran Sufisme Rumi.
Ritual khas Tarekat Mevlevi (Mevlevi adalah sebutan bagi pengikut Mevlana) ini menggambarkan kesatuan kosmis secara artistik dan dramatik. Tarian dilakukan dengan memutar badan sesuai ritme perputaran bumi.
Meski tarian mistik satu ini mungkin dapat disaksikan untuk hiburan di Istanbul, di Konya-lah autensitisitas tarian ini sungguh terasa.
Aura sarat spiritual kota Konya makin dipertajam dengan kehadiran peninggalan-peninggalan historis penting. Dinasti Seljuk cukup berpengaruh dan mencapai kejayaan selama periode kekuasaan, hingga meninggalkan banyak monumen sejarah yang sampai sekarang terpelihara baik. Di antaranya istana para sultan, masjid, dan madrasah.
Konya pun menjadi arena banyak drama sejarah yang penting dan menarik. Pada zaman Romawi, Santo Paulus dan Barnabas pernah mampir Konya dalam perjalanan misi mereka. Tatkala itu nama kota Konya adalah Iconium.
Kehidupan tradisional berdampingan dengan kesederhanaan masih berdenyut di Konya hingga hari ini, tapi di beberapa bagian juga suasana sudah menjadi lebih modern.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR