Anjing-anjing, yang hanya terdiri dari sekitar 5 persen dari penguburan (sisanya adalah monyet), cenderung lebih tua ketika mereka mati. Banyak yang kehilangan sebagian besar gigi mereka atau menderita penyakit periodontal dan degenerasi sendi.
"Kami memiliki individu yang memiliki mobilitas sangat terbatas," kata Osypinska. Namun banyak yang berumur panjang dan luka-luka mereka sembuh. "Hewan seperti itu harus diberi makan untuk bertahan hidup, terkadang dengan makanan khusus untuk hewan yang hampir ompong,” katanya.
Hal tersebut semakin meyakinkan fakta bahwa manusia merawat hewan dengan sangat baik. Mereka sangat berhati-hati dalam menguburnya, seperti yang dilakukan oleh banyak pemilik modern—menunjukkan kalau orang-orang Berenice memiliki ikatan emosional yang kuat dengan kucing dan anjing mereka.
Baca Juga: Kucing Peliharaan Ternyata Berasal dari Timur Dekat dan Mesir Kuno
Tim menyimpulkan bahwa, "Mereka tidak melakukannya untuk para dewa atau untuk keuntungan utilitarian," kata Osypinska. Sebaliknya, dia berpendapat bahwa hubungan antara manusia dan hewan peliharaan mereka sangat dekat dengan yang kita lihat hari ini.
Arkeolog Wim Van Neer juga ikut. "Saya belum pernah melihat kucing dengan kalung," sejak dulu, kata Van Neer, dari Royal Belgian Institute of Natural Sciences, yang telah mempelajari hubungan antara manusia dan hewan di dunia kuno, termasuk di Berenice.
Source | : | Science |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR