“Segar sekali, ya,” seru Budiono saat berjalan kaki melintasi trek sejauh 1,6 kilometer menembus hutan lindung di pekarangan belakang Istana Cipanas, Jawa Barat. “Tidak heran, Soekarno sempat lama tinggal lama di sini.”
Olahraga yang dimulai pada pukul enam pagi ini merupakan salah satu agenda silaturahmi Wakil Presiden (Wapres) RI dengan sejumlah awak media pers dan staf Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres), yang diadakan pada akhir pekan pengujung Agustus 2013.
Istana Cipanas dibangun oleh Gubernur Jenderal Gustaaf William Baron van Imhoff pada 1742 di area seluas 26 hektare di kaki Gunung Gede, di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. Berjarak sekitar 103 kilometer dari Jakarta.
Soekarno menikahi Hartini di sini, pada 1953, lalu menetap beberapa lama. Menurut staf istana, Bung Karno biasa bersemedi di Gedung Bentol, salah satu paviliun. Selanjutnya, istana ini dijadikan tempat peristirahatan dan persinggahan keluarga kepala negara (dan wakilnya).
Sejak menjabat sebagai Wapres pada 2009, mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Prof. Dr. H. Boediono terbilang jarang mengadakan acara yang melibatkan awak media pers. Sebagian besar agendanya bersifat internal atau tertutup bagi wartawan.
Ekonom sekaligus dosen yang pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia dan sejumlah jabatan di kementerian ini pernah merilis buku Ekonomi Indonesia Mau ke Mana. Buku yang merupakan kumpulan esai ini diterbitkan PT Gramedia, Jakarta, pada 2009.
Memasuki usia 70 tahun, Budiono tetap aktif berolahraga. Saat berjalan kaki melintasi hutan lindung, ia tetap menyimak agenda harian yang dibacakan ajudannya. Tidak heran bila orang-orang terdekat menjulukinya, “the man to get the job done.”
Usai berjalan kaki, Budiono hanya beristirahat sebentar sembari menenggak minuman isotonic, lalu melawan deputi dan ajudannya di lapangan tenis di kompleks Istana Cipanas. Selagi Budiono rehat, giliran sang istri, Herawati, bermain tenis.
Sementara itu, di selasar belakang bangunan induk istana, awak media menyantap bubur ayam, juga bubur kacang ijo dan ketan item. Yang menarik, menu tersebut disajikan oleh pedagang kaki lima yang biasa mangkal di sekitar kawasan Cipanas.
Agenda pagi itu terus berlanjut dengan fun games yang melibatkan para awak media pers dan staf Setwapres. Awak NATIONAL GEOGRAPHIC TRAVELER tergabung dalam regu Singa Kuning berhasil memenangkan dua lomba: holahop dan merangkai huruf.
Jelang sore, Budiono beramah tamah dengan awak media pers. Selain berhalalbihalal, ia juga menyampaikan wacana tentang optimisme, “Memasuki masa-masa yang penuh dinamika, terutama bidang ekonomi, saya katakan, kita optimis, kita bisa melewatinya.”
Budiono juga meminta awak media pers untuk memberikan kepercayaan kepada para pejabat yang telah melakukan transisi di bidang ekonomi. “Kita selalu diuji dengan badai-badai kecil,” lanjutnya, “semua ini ujian bagi pejabat untuk menunjukkan kemampuannya.”
Tampil bersahaja dengan kemeja bermotif lurik kecokelatan, Budiono menegaskan tidak ada (fakta) yang disembunyikan atau dibengkokkan, “Kami sampaikan apa adanya dengan tempo, irama dan kuantitas yang pas.”
Menutup silaturahmi, usai santap malam, Budiono melantunkan lagu Scarlett Ribbons yang pernah dipopulerkan oleh Harry Belafonte, pada 1952. “Mukjizat bisa terjadi bila kita meminta dengan tulus,” kata Budiono tentang tema lagu yang inspiratif ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Fatimah Kartini Bohang |
KOMENTAR