Pernah bercakap-cakap via pesan digital—SMS, media sosial, atau pesan instan seperti Yahoo! Messenger? Kadang, lawan chat Anda amat lama menjawab pesan Anda. Selama ini, yang timbul dalam benak kita saat pesan kita sangat lama mendapat respons adalah kemungkinan lawan chat kita sedang kehilangan sinyal, kehabisan pulsa, atau terinterupsi suatu aktivitas.
Namun, sebuah studi yang dilakukan tim dari Brigham Young University (BYU) di Utah, Amerika Serikat, menemukan bahwa saat lawan chat kita amat lama merespons, ada kemungkinan ia sedang mempersiapkan jawaban bohong.
"Percakapan digital adalah lahan subur untuk berbohong karena orang bisa dengan mudah menyembunyikan identitas. Pesan-pesan mereka juga kerap terkesan dapat dipercaya," ujar Tom Meservy, profesor sistem informasi di BYU. "Sayangnya, manusia memang tidak pandai mendeteksi kebohongan. Nah, kami menciptakan metode untuk itu."
Menurut Meservy, amat sulit mengetahui apakah seseorang berbohong lewat pesan digital karena kita tidak bisa mendengar suara atau melihat ekspresi. Dengan banyaknya kasus-kasus yang melibatkan kerugian finansial dan terancamnya keamanan seseorang akibat kebohongan digital, Meservy dan rekan profesor BYU Jeffrey Jenkins, bekerja sama dengan peneliti dari University of Nebraska-Omaha dan University of Arizona menyusun sebuah instrumen percobaan. Tujuannya, melacak petunjuk-petunjuk kebohongan digital.
Para peneliti ini menciptakan sebuah program komputer yang bisa melakukan percakapan online dengan responden—mirip dengan percakapan antara seorang pelanggan suatu layanan dengan petugas customer service.
Lebih dari 100 mahasiswa dari dua universitas besar diminta untuk bercakap-cakap dengan si komputer, yang menanyakan 30 pertanyaan kepada masing-masing mahasiswa. Kemudian para mahasiswa tersebut diminta untuk berbohong dalam menjawab setidaknya setengah pertanyaan tersebut.
Hasilnya, tim peneliti menemukan bahwa setiap jawaban bohong butuh waktu 10 persen lebih lama (daripada jawaban jujur), dan diedit lebih lama.
"Kami mulai mengidentifikasi tanda-tanda yang ditunjukkan oleh orang yang berbohong. Hal yang tidak mudah dilakukan oleh manusia," kata Meservy. Sebuah sistem berbasis chatting, katanya lagi, bisa dibuat untuk mendeteksi kebohongan secara real-time.
Temuan ini dimuat dalam jurnal akademis ACM Transactions on Management Information Systems pekan ini.
Meservy dan Jenkins, yang menulis laporan penelitian ini, mengatakan bahwa kita sebaiknya tidak serta-merta berasumsi bahwa seseorang berbohong saat mereka merespons lebih lama. Akan tetapi, studi ini memberikan gambaran atau pola umum yang biasanya terjadi.
"Ini baru awal," kata Jenkins. "Kami butuh mengumpulkan lebih banyak data."
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR