Peneliti menemukan bukti bahwa perubahan iklim - bukan manusia - yang nyatanya menjadi penyebab utama kepunahan gajah purba atau mamut. Analisa DNA menunjukkan bahwa jumlah gajah purba sudah mulai berkurang, jauh lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya seiring dengan berubahnya iklim di dunia.
Pandangan banyak ilmuwan tentang gajah purba adalah bahwa spesies ini memiliki populasi melimpah. Namun menurut ilmuwan yang memimpin penelitian, Love Dalen dari Swedish Museum of Natural History, penelitian telah menggeser pandangan itu.
"Mereka adalah spesies yang cukup dinamis yang mengalami kepunahan lokal, ekspansi, dan migrasi. Hal ini sangat menarik bahwa begitu banyak yang terjadi pada populasi mereka," katanya kepada BBC News.
Dalen bekerja dengan para peneliti di London untuk menganalisa sampel DNA dari 300 spesimen dari gajah purba yang dikumpulkan oleh mereka sendiri dan kelompok lain dalam studi sebelumnya.
Perdebatan
Lewat analisa DNA ini, para ilmuwan mampu menentukan berapa banyak gajah purba hidup pada waktu tertentu dan melacak populasinya. Mereka melihat spesifik kepada keragaman genetik dalam sampel - kurang beragam menandakan rendahnya populasi.
Dari riset itu, mereka menemukan bahwa spesies ini nyaris punah 120.000 tahun lalu ketika Bumi menghangat sebentar. Jumlahnya turun dari beberapa juta menjadi puluhan ribu, namun sejumlah gajah purba bisa bertahan ketika planet ini memasuki zaman es.
Peneliti juga menemukan bahwa penurunan populasi yang menyebabkan mereka betul-betul punah terjadi pada 20.000 tahun lalu ketika zaman es memuncak. Mereka berspekulasi bahwa lingkungan begitu dingin sehingga rumput yang mereka makan menjadi langka.
Alasan kepunahan gajah purba telah menjadi bahan perdebatan ilmiah. Beberapa berpendapat bahwa manusia memburu mereka sehingga punah, sementara yang lain mengatakan bahwa perubahan iklim merupakan faktor utama.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR