Dari sebuah studi terbaru, terungkap bahwa hewan pengerat berbulu itu sangat tahan terhadap kanker. Ini membuka peluang hadirnya cara baru dalam mengatasi kanker pada manusia.
Peneliti dari University of Haifa, Israel, melakukan studi dua tahap untuk menentukan apakah tikus mondok buta tahan terhadap kanker akibat bahan kimia dan apakah tubuh mereka bisa menekan pertumbuhan tumor.
12 ekor tikus mondok buta diberi karsinogen kuat, 3MCA dan DMBA/TPA, dan hanya satu dari mereka yang terkena tumor. Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal BMC Biology, saat eksperimen yang sama dilakukan terhadap tikus, seluruh hewan itu terkena tumor ganas.
Dalam bagian kedua dari studi, saat sel kanker ditempatkan pada wadah bersama dengan sel tikus mondok buta yang sehat, sel kanker itu berhenti membelah bahkan mengalami penurunan jumlah. Ini tidak terjadi pada kasus sel tikus dan membuat tim peneliti menyimpulkan bahwa sel tikus mondok buta melepaskan substansi yang menghalangi perkembangan sel kanker. Langkah selanjutnya adalah memastikan substansi yang belum diketahui tersebut.
"Jika kami berhasil mengidentifikasi, mengisolasi dan membersihkan substansi yang dikeluarkan sel mereka, kita bisa segera mengujicobanya secara klinis dan harapannya akan menghasilkan obat bagi manusia," kata Aaron Avivi, salah satu peneliti lewat email.
Panjang umur dan makmur
Studi terdahulu yang dilakukan terhadap tikus mondok buta dan kerabat mereka, yakni tikus mondok polos telah menghasilkan temuan serupa yakni kemampuan menangkal kanker.
"Menyelidiki makhluk kebal kanker ini sangat penting," kata Vera Gorbunova, peneliti dari University of Rochester, New York lewat email. Di 2012 lalu, tim Gorbunova, yang tidak terlibat dalam studi kali ini, menemukan bahwa sel tikus mondok buta mampu mengeliminasi sel pemicu kanker dengan mengeluarkan protein yang disebut dengan interferon-beta.
Dari laporan terbaru, tim tersebut berhasil mengidentifikasi sebuah protein yang diyakini bertanggungjawab untuk menghentikan pertumbuhan tumor pada tikus mondok polos. Lalu, mengapa tikus mondok berevolusi untuk mengatasi kanker?
Untuk hidup lama dan bertahan dalam lingkungan bawah tanah yang rendah oksigen di mana mereka hidup. Tikus mondok bisa hidup lebih dari 20 tahun, sekitar lima kali lebih lama dibandingkan dengan tikus biasa, dan tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan.
Liang-liang mereka bisa berada di kawasan rendah oksigen, membuat mereka sangat toleran terhadap hypoxia, kondisi di mana tubuh mengalami kekurangan oksigen. "Hewan yang tinggal di liang aman dari predator dan teori evolusi memprediksi bahwa sebagai hasilnya, seleksi alam akan menghasilkan hewan yang bisa beranak-pinak di usia lanjut," sebut Jonathan Licht, peneliti dari Northwestern University lewat email.
"Evolusi telah meraih apa yang menjadi dua tujuan utama riset biomedis modern yakni perpanjangan umur dan keterbebasan dari kanker." Siapa yang menyangka bahwa tikus bisa mengajarkan kita banyak hal tentang mengalahkan kanker?
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR