Keliling Chiang Mai, hehmm... mengapa tidak? Saya mengangsurkan rute menarik: menjelajahi kuil. Anda dapat memulainya dari yang termegah dan terasa paling glamour adalah Wat Phratat Doi Suthep. Terletak sekitar 20 kilomter dari pusat kota, dapat ditempuh menggunakan songthaew—semacam mobil pick up—dari Pratu Chang Puak sampai ke puncak bukit Doi Suthep. Kuil satu ini terlihat berkilauan dan pengunjung dapat memukul genta doa donasi dari para pemeluk Buddha seantero dunia.
Bila yang diinginkan adalah kunjungan jarak dekat gunakanlah sepeda. Rute yang layak dicoba, menjelajah kuil-kuil dalam batas tembok kota lama Chiang Mai. Sebutlah Wat Chiang Man, kuil tertua milik kerajaan Lanna yang diduga dibangun bersamaan dengan berdirinya kota pada tahun 1296 Masehi. Atau Wat Phra Singh dengan kekayaan mural khas Lanna berlapis emas, serta Wat Phrai Jao Mengrai bermaterial serba kayu.
Secara keseluruhan, kuil-kuil berlokasi dalam batas tembok kota lama Chiang Mai maupun yang berada di luar kota berada dalam kondisi balance sampai sedikit mengkhawatirkan. Dalam artian, destinasi ini tetap terpelihara di luar peak season.
Namun saat puncak kunjungan wisatawan, dikhawatirkan membeludaknya tamu akan berimbas pada kualitas udara, di mana penggunaan kendaraan bermotor meningkat. Untungnya, para pesepeda dan beberapa pejalan turut memberikan kontribusi positif dengan menggunakan kereta angin untuk berkeliling ke kompleks-kompleks percandian, termasuk menuju ke Wat Phratat Doi Suthep di puncak bukit.
*Tulisan ini pernah diterbitkan dalam National Geographic Traveler Indonesia edisi Januari 2012
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR