Nationalgeographic.co.id—Sebuah teka-teki yang mungkin menarik bagi para penyuka anjing akhirnya terpecahkan. Sebuah tim peneliti internasional, termasuk para ilmuwan dari Institute of Genetics di University of Bern, telah berhasil memecahkan teka-teki pewarisan pola warna pada bulu anjing.
Para peneliti menemukan bahwa varian genetik yang bertanggung jawab atas bulu yang sangat tipis pada anjing dan serigala berasal lebih dari dua juta tahun yang lalu. Warisan genetik ini berasal dari kerabat serigala modern yang sekarang sudah punah.
Teka-teki pewarisan beberapa pola warna bulu pada anjing telah diperdebatkan secara kontroversial selama beberapa dekade atau puluhan tahun. Para peneliti, termasuk Tosso Leeb dari Institute of Genetics di University of Bern, kini akhirnya mampu memecahkan teka-teki tersebut.
Para peneliti tidak hanya mengklarifikasi bagaimana pola warna bulu dikendalikan secara genetik, tetapi mereka juga menemukan bahwa warna bulu terang pada serigala Arktik putih dan banyak anjing modern disebabkan oleh varian genetik yang berasal dari spesies yang telah punah sejak lama. Laporan studi atau penemuan ini baru saja diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Ecology and Evolution pada Agustus 2021.
Para peneliti menjelaskan bahwa serigala dan anjing dapat membuat dua jenis pigmen yang berbeda. Pertama adalah yang hitam, yang disebut eumelanin. Kedua, yang kuning, pheomelanin.
Produksi kedua pigmen ini diatur secara tepat pada waktu yang tepat dan pada tempat yang tepat pada tubuh sehingga menghasilkan pola warna bulu yang sangat berbeda.
Sebelum penelitian, empat pola berbeda telah dikenali pada anjing dan beberapa varian genetik telah diteorikan yang menyebabkan pola ini. Namun, pengujian genetik komersial varian ini pada ribuan anjing memberikan hasil yang bertentangan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang ada tentang pewarisan pola warna bulu tidak lengkap dan tidak sepenuhnya benar.
Selama pembentukan warna bulu, yang disebut protein pensinyalan agouti mewakili saklar utama tubuh untuk produksi pheomelanin kuning. Jika protein pensinyalan agouti hadir, sel-sel penghasil pigmen akan mensintesis pheomelanin kuning. Jika tidak ada protein pensinyalan agouti, eumelanin hitam akan terbentuk.
Baca Juga: Selain Paham Perasaan, Anjing Juga Berevolusi Agar Bisa Berkomunikasi dengan Manusia
"Kami menyadari sejak awal bahwa varian genetik penyebab harus menjadi varian pengatur yang memodulasi laju produksi protein dan mengarah pada jumlah protein sinyal agouti yang lebih tinggi atau lebih rendah," jelas Tosso Leeb, seperti dikutip dari laman University of Bern.
Gen untuk protein pensinyalan agouti memiliki beberapa situs inisiasi untuk membaca informasi genetik, yang disebut promotor. Anjing, di satu sisi, memiliki promotor ventral, yang bertanggung jawab untuk produksi protein sinyal agouti di perut. Di sisi lain, anjing juga memiliki promotor khusus siklus rambut tambahan yang memediasi produksi protein pensinyalan agouti selama tahap pertumbuhan rambut tertentu dan memungkinkan pembentukan rambut berpita.
Untuk pertama kalinya, para peneliti mengkarakterisasi dua promotor ini secara rinci pada ratusan anjing. Mereka menemukan dua varian dari promotor ventral.
Baca Juga: Kisah Sedih Laika si Anjing Luar Angkasa dan Perjalanannya ke Orbit
Salah satu varian menyampaikan produksi protein pensinyalan agouti dalam jumlah normal. Varian lain memiliki aktivitas yang lebih tinggi dan menyebabkan peningkatan jumlah protein pensinyalan agouti.
Para peneliti bahkan juga berhasil mengidentifikasi tiga varian berbeda dari promotor khusus siklus rambut. Dimulai dengan varian ini pada promotor-promotor individu, para peneliti mengidentifikasi total lima kombinasi berbeda, yang menyebabkan pola warna bulu yang berbeda pada anjing.
"Buku pelajaran harus ditulis ulang karena ada lima, bukan empat pola berbeda yang diterima sebelumnya pada anjing," kata Leeb.
Para peneliti menyelidiki lebih lanjut apakah varian genetik yang diidentifikasi juga ada pada serigala. Analisis ini menunjukkan bahwa varian untuk promotor spesifik siklus ventral dan rambut yang terlalu aktif sudah ada pada serigala sebelum domestikasi anjing modern, yang dimulai sekitar 40.000 tahun yang lalu.
Baca Juga: 6.000 Tahun Silam, Manusia Prasejarah di Arab Saudi Menyukai Anjing
Kemungkinan besar, varian genetik ini memfasilitasi adaptasi serigala dengan warna bulu yang lebih terang ke lingkungan yang kaya salju selama zaman es terakhir. Hari ini, serigala Arktik yang benar-benar putih dan serigala berwarna terang di Himalaya masih membawa varian genetik ini.
Perbandingan lebih lanjut dari urutan gen dengan spesies lain dari keluarga Canidae memberikan hasil yang sangat mengejutkan. Para peneliti dapat menunjukkan bahwa varian promotor khusus siklus rambut yang terlalu aktif pada anjing dan serigala berwarna terang memiliki lebih banyak kesamaan dengan spesies yang berkerabat jauh seperti serigala emas atau coyote dibandingkan dengan serigala abu-abu Eropa.
"Satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk temuan tak terduga ini adalah asal mula varian ini, lebih dari dua juta tahun lalu, pada kerabat serigala yang sekarang sudah punah," kata Leeb.
Jadi, sepotong kecil DNA dari spesies yang punah ini masih ditemukan sampai sekarang pada anjing kuning dan serigala kutub putih. "Ini mengingatkan pada penemuan spektakuler bahwa manusia modern membawa sebagian kecil DNA dalam genom mereka dari Neandertal yang sekarang sudah punah," tambah Leeb.
Baca Juga: Kisah Sedih Laika si Anjing Luar Angkasa dan Perjalanannya ke Orbit
Source | : | University of Bern |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR