Salah satu varian menyampaikan produksi protein pensinyalan agouti dalam jumlah normal. Varian lain memiliki aktivitas yang lebih tinggi dan menyebabkan peningkatan jumlah protein pensinyalan agouti.
Para peneliti bahkan juga berhasil mengidentifikasi tiga varian berbeda dari promotor khusus siklus rambut. Dimulai dengan varian ini pada promotor-promotor individu, para peneliti mengidentifikasi total lima kombinasi berbeda, yang menyebabkan pola warna bulu yang berbeda pada anjing.
"Buku pelajaran harus ditulis ulang karena ada lima, bukan empat pola berbeda yang diterima sebelumnya pada anjing," kata Leeb.
Para peneliti menyelidiki lebih lanjut apakah varian genetik yang diidentifikasi juga ada pada serigala. Analisis ini menunjukkan bahwa varian untuk promotor spesifik siklus ventral dan rambut yang terlalu aktif sudah ada pada serigala sebelum domestikasi anjing modern, yang dimulai sekitar 40.000 tahun yang lalu.
Baca Juga: 6.000 Tahun Silam, Manusia Prasejarah di Arab Saudi Menyukai Anjing
Kemungkinan besar, varian genetik ini memfasilitasi adaptasi serigala dengan warna bulu yang lebih terang ke lingkungan yang kaya salju selama zaman es terakhir. Hari ini, serigala Arktik yang benar-benar putih dan serigala berwarna terang di Himalaya masih membawa varian genetik ini.
Perbandingan lebih lanjut dari urutan gen dengan spesies lain dari keluarga Canidae memberikan hasil yang sangat mengejutkan. Para peneliti dapat menunjukkan bahwa varian promotor khusus siklus rambut yang terlalu aktif pada anjing dan serigala berwarna terang memiliki lebih banyak kesamaan dengan spesies yang berkerabat jauh seperti serigala emas atau coyote dibandingkan dengan serigala abu-abu Eropa.
"Satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk temuan tak terduga ini adalah asal mula varian ini, lebih dari dua juta tahun lalu, pada kerabat serigala yang sekarang sudah punah," kata Leeb.
Jadi, sepotong kecil DNA dari spesies yang punah ini masih ditemukan sampai sekarang pada anjing kuning dan serigala kutub putih. "Ini mengingatkan pada penemuan spektakuler bahwa manusia modern membawa sebagian kecil DNA dalam genom mereka dari Neandertal yang sekarang sudah punah," tambah Leeb.
Baca Juga: Kisah Sedih Laika si Anjing Luar Angkasa dan Perjalanannya ke Orbit
Source | : | University of Bern |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR