Forum Budaya Dunia (World Culture Forum) yang berlangsung 24-27 November 2013 di Bali, akan menghasilkan Bali Promise atau Janji Bali. Janji Bali ini nantinya dijadikan landasan bagi negara-negara untuk pelaksanaan pembangunan global berkelanjutan.
Janji Bali pada dasarnya ingin memperlihatkan beragamnya budaya yang ada di berbagai belahan dunia dan menjaga keragaman itu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, sebelum acara pembukaan pada Minggu (24/11) mengatakan, "Kami memilih memuat hasil kesepakatan dalam bentuk Janji Bali, bukan deklarasi atau komitmen, karena hal ini sesuai dengan karakteristik budaya yang lintas etnik, agama, negara, dan primordialisme lain."
Sifat dinamis lintas sektoral itu yang membuat kebudayaan bersifat komunal sehingga lentur untuk dimanfaatkan sebagai alat diplomasi antarnegara, tambah Nuh.
Juga ditekankan, budaya merupakan kekuatan dahsyat dalam membangun peradaban dunia yang berkelanjutan. "Tanpa budaya, tanpa masa depan," ujar Nuh.
Hasil Janji Bali diharap bisa diimplementasikan dalam Post Millennium Development Goals 2015. Kebudayaan menjadi motor transformasi peradaban dunia yang berbudaya, saling menghormati, dan menjunjung asas kesetaraan.
Indonesia dengan keanekaragaman budaya yang begitu kaya melihat budaya sebagai peluang untuk menghubungkan, menggerakkan, dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang lebih menitikberatkan pada aspek politik dan ekonomi semata terbukti gagal menciptakan perdamaian dunia. Tanpa keragaman budaya akan terjadi dominasi untuk mencaplok yang lain, dominasi rawan menciptakan konflik.
Di samping itu, Forum Budaya Dunia digagas agar Indonesia bisa mengambil alih peran strategis sebagai pencetus pertemuan kebudayaan internasional, menyaingi Davos-Swiss yang dikenal sebagai pencetus Forum Ekonomi Dunia, serta Rio de Janeiro-Brasil, pencetus pembahasan lingkungan global KTT Bumi.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR