Selama berabad-abad, otak merupakan organ yang menjadi misteri. Hanya berpuluh tahun terakhir, para ilmuwan mulai menguak misteri di balik organ satu ini. Kecanggihan teknologi merupakan kuncinya.
Kendati untuk mengerti bagaimana otak bekerja merupakan hal yang masih harus diteliti hingga kini, ada lima studi penting yang menguak misteri otak. Sebagai berikut paparannya.
1. Cara memulihkan otak
Ketika berpikir, bergerak, bermimpi, bahkan mencintai, bagian otak yang bekerja adalah materi abu-abu atau yang juga dikenal dengan istilah korteks besar. Namun ternyata materi putih yang disebut juga dengan ganglia dasar juga ikut berperan.
Misalnya saat terjadi demensia atau kepikunan, banyak studi menunjukkan adanya plak pada materi abu-abu, sehingga pengobatan fokus pada daerah tersebut. Namun menurut Atticus Hainsworth, materi putih dan asupan darah pada otak juga sama pentingnya.
Warna putih pada bagian tersebut sebenarnya hasil dari lemak di sekitar akson yang merupakan perpanjangan tubuh sel saraf untuk membantu komunikasi antarsel. Materi putih pada otak berpotensi memicu kebocoran pembuluh darah sehingga berperan dalam meningkatkan risiko demensia.
Hal inilah yang membuat para peneliti perlu menemukan cara penyembuhan otak yang lebih baik, dengan mempertimbangan materi abu-abu dan materi putih pada otak.
2. Cara membuat otak jenius
Selama bertahun-tahun, kafein digunakan untuk meningkatkan rasa awas, namun obat pun bisa melakukannya. Ilmuwan saraf dari Cambridge University Barbara Sahakian mengatakan, meskipun penggunakan jangka panjang obat belum dapat dipastikan aman, namun ada obat tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan otak.
"Sehingga obat cocok digunakan bagi mereka yang pekerjaannya membutuhkan konsentrasi tinggi seperti dokter bedah atau pilot," ujarnya.
Obat tersebut dapat meningkatkan produksi dopamin dan noradrenalin pada otak yang meningkatkan rasa awas dan kemampuan kognitif. Manfaatnya pun bisa dirasakan pada siswa-siswa yang hendak menghadapi ujian.
3. Memanfaatkan alam bawah sadar
Konsentrasi mungkin diperlukan untuk menyelesaikan tugas, namun alam bawah sadar mungkin juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan diri. Memainkan satu bagian musik yang paling rumit sekalipun dengan berulang-ulang dapat membantu orang untuk dapat melakukannya dengan lebih mudah.
Spesialis sel Tania Lisboa yang juga peneliti di Centre for Performance Science, London's Royal College of Music mengatakan, cara tersebut dapat memindahkan sesuatu dari alam sadar ke alam bawah sadar otak. Setelah berlatih berkali-kali, otak seorang musisi menyimpan memori tersebut pada bagian belakang otak yang disebut serebelum atau otak kecil.
4. Mimpi
Saat ini sudah 60 tahun lalu sejak para peneliti asal Chicago menemukan rapid eye movement (REM) yang kini dikaitkan dengan aktivitas bermimpi. Sebelumnya, bermimpi dipercaya adalah saat jiwa keluar dari tubuh dan kembali lagi saat menjelang waktu terbangun.
Fase tidur REM yang terjadi setiap 90 menit dimulai saat sinyal yang dikirimkan dasar otak mencapai korteks seberal, lapisan luar otak yang bertanggung jawab pada aktivitas belajar dan berpikir. Menurut Profesor Robert Stickgold dari Beth Israel Deaconess Medical Center for Sleep and Cognition di Boston, bermimpi merupakan aktivitas yang vital dalam proses pembentukan memori.
5. Mengobati sakit
Penyakit kronik merupakan permasalahan medis yang paling sulit untuk dipecahkan. Namun sebenarnya tanpa bantuan dari obat-obat pereda rasa sakit, para ahli bedah dapat menggunakan stimulasi otak untuk memberikan efek dari obat pada pasien. Teknik tersebut melibatkan elektroda yang dimasukan ke dalam otak.
Area sasaran distimulasi dengan elektroda yang terhubung dengan alat pacu bertenaga baterei. Melalui operasi bedah pula, alat tersebut diletakan pada bawah tulang leher pasien.
Pelopor teknik tersebut Prof Tipu Aziz dari John Radcliffe Hospital di Oxford mengatakan, stimulasi otak telah digunakan dalam mengobati penyakit parkinson dan depresi. Kini, metode tersebut juga dikembangkan untuk penyakit kronis.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR