Apa yang bisa diperoleh dari masa lalu? Selain kenangan tentulah cermin bagi kita untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Mari menyusuri penggalan sejarah Bandung tempo dulu.
Ada beberapa lokasi yang dapat dilihat di Kota Bandung sebagai berikut ini.
ASIA-AFRIKA. Jalan Asia-Afrika (dulunya Jalan Raya Pos) merupakan awal berdirinya Kota Bandung. Di sinilah tahun 1810 Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Herman Willem Daendels, menancapkan tongkat di suatu titik di sisi De Groote Postweg. Titik itu kemudian dikenal dengan nama Kilometer 0.
Daendels pun membujuk Bupati Bandung ke-6, Raden Wiranatakusumah II, untuk memindahkan ibukota Bandung dari Karapyak (16 km selatan Bandung) ke lokasi alun-alun sekarang ini. Kilometer 0 letaknya tak jauh dari pelataran Hotel Grand Preanger.
HOTEL SAVOY HOMANN. Merupakan hotel pertama di Bandung, hotel ini awalnya dimiliki dan dijalankan oleh keluarga Homann dari Jerman. Bermula dari bangunan bambu, hotel itu kemudian direkonstruksi ke gaya neogothik romantik yang sedang populer kala itu. Tahun 1939, A.F. Aalbers ditugaskan mendesain ulang ke gaya streamline art deco.
Hotel ini juga menjadi tempat penginapan pemimpin Asia dan Afrika kala Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan di Bandung tahun 1955.
SUNGAI CIKAPUNDUNG. Sungai Cikapundung menjadi salah satu alasan mengapa Deandels memindahkan ibukota yang lama ke alun-alun. Sungai bersejarah ini merupakan sumber bagi warga dalam mencari sumber air.
Pada zaman prasejarah, saat Danau Besar Bandung masih ada, sungai ini berada 30 meter di bawah permukaan danau. Manusia prasejarah yang tinggal di perbukitan utara biasa menyeberangi danau sebelum tiba di selatan Bandung untuk suatu urusan.
ALUN-ALUN. Alun-alun dianggap sebagai taman publik pertama di Bandung. Konsepnya sama dengan beberapa kota di Jawa lainnya, yakni Catur Gatra. Di sebelah selatan ada Rumah Pendopo sebagai pusat pemerintahan, sebelah barat ada tempat peribadatan monumental (Mesjid Agung), di sisi timur ada pusat aktivitas komersial (Palaguna dan beberapa bioskop), serta di sisi utara didiami rumah penjara (Banceuy).
Penjara Banceuy yang dibangun tahun 1877 itu diruntuhkan tahun 1984. Sebagai penanda bahwa di sini pernah dibangun sebuah penjara, disisakanlah sebuah menara pengawas di pinggir jalan berpagar besi dan rantai. Itu yang tampak dari luar. Sedangkan di dalam kompleks pertokoan kita bisa melihat ruang sel contoh, yang kebetulan dulu ditempati Soekarno.
KANTOR POS BANDUNG DAN GEDUNG BANK MANDIRI. Kantor Pos yang dibangun pada 1928 ini masih difungsikan seperti dulu—Posten Telegraf Kantoor. Bangunan bergaya geometric art deco ini merupakan rancangan J. Van Gent. Sedangkan Gedung Bank Mandiri awalnya adalah Bank Escompto. Inilah bank pertama di Bandung yang melayani warga maupun tuan tanah Parahyangan. Menara uniknya di sisi barat diberi aksen dua jam bundar kecil.
BRAGA. Sepenggal jalan ini menjadi ikon Bandung. Dulu setiap sore jalan ini dipadati pejalan kaki yang hendak bragaderen (ABG kini menyebutnya mejeng). Toko-toko yang ada di sepanjang jalan ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang penduduk Bandung yang kebanyakan dari Eropa. Maka, diimporlah makanan dan minuman, pakaian dengan model terkini, dan mobil mewah.
Inikah yang membuatnya ia dijuluki "The Fifth Avenue of the East"? Yang jelas, Braga merupakan satu dari tiga jalan pertama di Bandung (lainnya Jalan Asia-Afrika dan Jalan Merdeka).
TAMAN DEWI SARTIKA. Taman ini dibuat 1864 dan letaknya menyatu dengan Kantor Kodya Bandung yang bergaya geometric art deco.
TAMAN LALU LINTAS. Taman Lalu Lintas yang dibangun tahun 1910-an ini awalnya bernama Insulinde Park dan digunakan sebagai tempat upacara bagi militer Hindia Belanda. Ya, kawasan ini merupakan kawasan militer. Jangan sembarangan memotret kalau tidak ingin kamera Anda diminta penjaga.
TAMAN MALUKU. Sedangkan Taman Maluku aslinya Molukkenpark. Yang khas di sini adalah patung pendeta militer Belanda, Verbraak, di sudut utaranya. Omong-omong, dulu taman ini terkenal dengan warianya. Jika melintas malam-malam di sini, dijamin banyak penggoda yang menggoyahkan iman.
GEDUNG SATE. Inilah penanda Bandung, yang sering gambarnya dijadikan kartu pos. Gerber merancang gedung paling monumental di Indonesia ini dalam gaya Indo-Eropa, memadukan bermacam gaya moorish Spanyol, renaissance Italia, art deco, dan Sunda. Gedung ini dibangun secara diagonal menghadap Gunung Tangkuban Perahu.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR