Nationalgeographic.co.id—Film Moana, mendapat nominasi untuk dua Oscar, menggambarkan penghormatan terhadap budaya Oseania. Berkaca dari kesuksesan film pertamanya di tahun 2016, kini sekuelnya ditayangnya di bioskop-bioskop seluruh dunia.
Salah satu yang menonjol dalam film Moana adalah tato pada Maui, sosok setengah dewa setengah manusia. Siapa Maui dan apa arti tato yang menghiasi tubuhnya itu?
Para ahli di seluruh Pasifik, termasuk kepulauan Fiji, Tahiti, dan Samoa membantu menghidupkan dewa setengah manusia Maui. Ia adalah penipu yang dapat berubah bentuk. Karakternya memiliki akar yang dalam pada mitos dan cerita rakyat Polinesia.
Dari tato khasnya, kita dapat mempelajari banyak hal. Mulai dari praktik tato di Kepulauan Pasifik, apa yang dikomunikasikan lewat simbolnya, dan bagaimana tato mengikat pemimpin dengan komunitasnya.
Siapakah Maui?
Meskipun cerita seputar karakternya bervariasi, Maui memiliki tempat dalam legenda di seluruh pulau sebagai dewa setengah dewa. Kisah-kisah tentang eksploitasinya, termasuk mencabut pulau-pulau, merupakan satu benang merah yang sama.
“Setiap pulau menceritakan kisah yang sedikit berbeda,” kata Su‘a Sulu‘ape Toetu‘u, seorang seniman tato Tonga yang tinggal di O‘ahu.
Salah satu legenda Maui yang paling terkenal adalah kemampuannya memperlambat matahari. Konon prestasi ini dicapainya dengan menjeratnya dengan tali ajaib.
Berkat kemampuannya itu, orang-orang dapat bekerja lebih lama. Maui merujuk cerita ini dalam Moana saat ia menyanyikan “You’re Welcome.”
“Dalam budaya Tonga, Maui memperbaiki semua kecelakaan atau masalah semua orang,” kata Toetu‘u. “Bagi kami, Maui adalah pahlawan kelas pekerja yang berpihak pada rakyat.”
Dalam legenda Maori, Maui dan saudaranya memancing di sebuah kano yang sekarang menjadi Pulau Selatan Selandia Baru (Te Waipounamu). Menggunakan kail yang diambil dari tulang rahang neneknya, Maui menangkap ikan raksasa.I kan yang kini dikenal sebagai Pulau Utara (Te Ika-a-Māui).
Baca Juga: Pasang Surut Tato di Kekaisaran Jepang, dari Era Shogun hingga Modern
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR