Penemuan tersebut terjadi setelah 94 tahun yang lalu, kerang air tawar terakhir dideskripsikan di Borneo, yaitu Ctenodesma scheibeneri pada tahun 1927. Sementara, 17 spesies lain yang diketahui dari pulai itu telah dideksripsikan jauh lebih awal, antara tahun 1840 dan 1903. Borneo memiliki jumlah kerang air tawar endemik yang sangat tinggi, dengan 15 dari 20 spesies asli yang diakui saat ini terbatas di pulau ini.
"Spesies baru kerang air tawar yang kami temukan sangat langka, hanya diketahui dari satu lokasi masing-masing (satu di Sarawak, satu di Sabah), dan sangat terancam oleh perusakan habitat yang sedang berlangsung," kata Dr Alexandra Zieritz, penulis utama dan penerima fellowship Anne McLaren di University of Nottingham dalam rilisnya.
Ia mengatakan, salah satu spesies ini sangat berisiko tinggi terhadap kepunahan karena satu-satunya lokasi yang diketahui tempat kerang tersebut dikorbankan untuk perkebunan sawit industri. "Kami sedang dalam proses mempersiapkan dokumen dengan Universiti of Malaysia Sarawak untuk menjadikan area ini dilindungi, katanya.
Baca Juga: Mengapa 'Kerang Disko' Bisa Menampilkan Pertunjukan Cahaya Cemerlang?
Upaya tersebut, menurutnya, tidak hanya akan membantu keanekaragaman hayati yang unik di daerah tersebut. "Tapi juga kepedulian terhadap suku asli Lun Bawang yang kemudian kami beri nama spesies itu, 'Khairuloconcha lunbawangorum'," lanjutnya.
Para penulis mencatat bahwa penurunan populasi kerang air tawar yang ada di Borneo kemungkinan disebabkan oleh deforestasi skala industri dan perubahan penggunaan lahan dari hutan hujan primer menjadi pertanian monokultur, terutama perkebunan kelapa sawit.
Para ahli mengatakan praktik ini mengakibatkan tingkat erosi tanah yang tinggi, sangat meningkatkan hasil sedimen (jumlah limpasan sedimen), dan polusi organik dan anorganik (melalui limpasan pertanian) sungai. Itu semuanya berdampak negatif langsung pada kerang air tawar, dengan menurunkan kualitas habitat, atau secara tidak langsung dengan mengurangi populasi ikan inang yang mereka butuhkan untuk melengkapi siklus hidupnya. Potensi pendorong lain penurunan populasi kerang air tawar Borneo termasuk polusi dari limbah domestik dan industri, perubahan hidrologi, pertambangan, perubahan iklim dan spesies invasif.
Baca Juga: Puluhan Ribu Hewan Laut Terebus Hidup-Hidup Akibat Gelombang Panas
Source | : | University of Nottingham,Jurnal Aquatic Conservation |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR