Nationalgeographic.co.id—Untuk pertama kalinya dalam 100 tahun, para ilmuwan melaporkan menemukan dua spesies dan genus baru kerang air tawar di Borneo. Peneliti kolaborator dari 5 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, Amerika Serikat dan Portugal menemukan kerang itu di sungai-sungai kecil di Hutan Lindung Gomantong, Sabah dan di dekat desa Kuala Mendalam, Serawak.
Penelitian yang dipimpin oleh University of Nottingham dalam studi empat tahun tersebut telah dipublikasikan di Jurnal Aquatic Conservation pada 3 September 2021. Menariknya, publikasi tersebut menekankan pada ancaman spesies yang baru ditemukan itu akibat perusakan habitat yang sedang berlangsung.
Pada penelitian tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa kedua spesies itu unik di Borneo dan digambarkan oleh para peneliti sebagai sangat berbeda dari apapun yang kita ketahui sampai saat ini. Kerang itu kemudian dikelompokkan sebagai spesies dan genus baru kerang air tawar baru. Tim tersebut menamai spesies tersebut Khairuloconcha sahanae, untuk menghormati mendiang Dr Sahana Harun, dan Khairuloconcha lunbawangorum, dari nama suku asli Lun Bawang di Borneo.
Penemuan tersebut terjadi setelah 94 tahun yang lalu, kerang air tawar terakhir dideskripsikan di Borneo, yaitu Ctenodesma scheibeneri pada tahun 1927. Sementara, 17 spesies lain yang diketahui dari pulai itu telah dideksripsikan jauh lebih awal, antara tahun 1840 dan 1903. Borneo memiliki jumlah kerang air tawar endemik yang sangat tinggi, dengan 15 dari 20 spesies asli yang diakui saat ini terbatas di pulau ini.
"Spesies baru kerang air tawar yang kami temukan sangat langka, hanya diketahui dari satu lokasi masing-masing (satu di Sarawak, satu di Sabah), dan sangat terancam oleh perusakan habitat yang sedang berlangsung," kata Dr Alexandra Zieritz, penulis utama dan penerima fellowship Anne McLaren di University of Nottingham dalam rilisnya.
Ia mengatakan, salah satu spesies ini sangat berisiko tinggi terhadap kepunahan karena satu-satunya lokasi yang diketahui tempat kerang tersebut dikorbankan untuk perkebunan sawit industri. "Kami sedang dalam proses mempersiapkan dokumen dengan Universiti of Malaysia Sarawak untuk menjadikan area ini dilindungi, katanya.
Baca Juga: Mengapa 'Kerang Disko' Bisa Menampilkan Pertunjukan Cahaya Cemerlang?
Upaya tersebut, menurutnya, tidak hanya akan membantu keanekaragaman hayati yang unik di daerah tersebut. "Tapi juga kepedulian terhadap suku asli Lun Bawang yang kemudian kami beri nama spesies itu, 'Khairuloconcha lunbawangorum'," lanjutnya.
Para penulis mencatat bahwa penurunan populasi kerang air tawar yang ada di Borneo kemungkinan disebabkan oleh deforestasi skala industri dan perubahan penggunaan lahan dari hutan hujan primer menjadi pertanian monokultur, terutama perkebunan kelapa sawit.
Para ahli mengatakan praktik ini mengakibatkan tingkat erosi tanah yang tinggi, sangat meningkatkan hasil sedimen (jumlah limpasan sedimen), dan polusi organik dan anorganik (melalui limpasan pertanian) sungai. Itu semuanya berdampak negatif langsung pada kerang air tawar, dengan menurunkan kualitas habitat, atau secara tidak langsung dengan mengurangi populasi ikan inang yang mereka butuhkan untuk melengkapi siklus hidupnya. Potensi pendorong lain penurunan populasi kerang air tawar Borneo termasuk polusi dari limbah domestik dan industri, perubahan hidrologi, pertambangan, perubahan iklim dan spesies invasif.
Baca Juga: Puluhan Ribu Hewan Laut Terebus Hidup-Hidup Akibat Gelombang Panas
Dalam laporannya, peneliti menjelaskan bahwa kerang air tawar sangat penting. Kerang air tawar adalah bagian penting dari banyak habitat air tawar secara global. Mereka hidup di dasar semua jenis habitat air tawar, termasuk sungai, sungai, danau dan kolam, di mana mereka menyaring ganggang, bakteri dan organisme lain dari air.
Sehingga kerang air tawar bertindak sebagai filter biologis dan memainkan peran utama dalam siklus nutrisi. Mereka dapat menghilangkan ganggang, bakteri, dan bahan lainnya dengan kecepatan sekitar 1 liter air per jam per kerang. Banyak dari bahan ini kemudian diangkut ke benthos (organisme yang hidup di dasar habitat), menyediakan makanan untuk serangga dan invertebrata lainnya, yang berkembang di tempat tidur kerang dalam hal kelimpahan dan keragaman.
Kerang air tawar juga telah terbukti meningkatkan keanekaragaman hayati larva serangga dan organisme kecil lainnya dengan menyediakan habitat tiga dimensi. Khususnya di Asia, orang menggunakannya secara langsung sebagai sumber makanan dan mutiara serta cangkangnya untuk keperluan hias. Jasa ekosistem lain yang mereka sediakan di seluruh dunia termasuk penggunaannya dalam biomonitoring (yaitu pemantauan kualitas air) dan bioremediasi (misalnya pengolahan air limbah).
Baca Juga: Akibat Kenaikan Suhu Laut, Ratusan Ribu Kerang Mati Terpanggang
"Penemuan ini berarti bahwa ada banyak hal yang belum kami ketahui tentang keanekaragaman kerang air tawar Borneo. Terlepas dari upaya kami selama beberapa tahun terakhir, kami sejauh ini hanya mensurvei sebagian kecil pulau, terbatas di Malaysia dan Brunei. Hampir tidak ada data terbaru tentang kerang air tawar yang tersedia untuk Kalimantan, bagian dari Borneo di Indonesia, yang merupakan 73 persen dari pulau itu," kata Dr Zieritz.
Meski demikian, katanya, dengan kendala itu mereka telah menemukan dua spesies baru, menunjukan bahwa mungkin ada lebih banyak spesies lagi menunggu untuk ditemukan dan mungkin butuh perlindungan. "Namun, mengingat laju perusakan habitat yang cepat, kami perlu bertindak cepat dalam menemukan populasi yang tersisa dari kerang Borneo asli dan endemik, sehingga mereka dapat menerima perlindungan yang diperlukan," katanya.
Baca Juga: 5 Makanan yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Saat Anda Sedang Hamil
Source | : | University of Nottingham,Jurnal Aquatic Conservation |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR