Ilmuwan Inggris berhasil menciptakan modifikasi untuk mengatasi tanaman kentang yang gampang diserang jamur tanaman dan jadi ancaman nomor satu produksi umbi ini di Eropa.
Riset terbaru tentang kentang hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Philosophical Transaction of the Royal Society B.
Kentang sangat rentan diserang hama jamur, organisme yang suka menempel pada umbi karena kondisinya yang lembab di musim tanam di Eropa.
Seperti dilaporkan wartawan sains dan lingkungan BBC, Matt McGrath, sekali muncul jamur ini bisa dengan secepat kilat menular dan merusak panen kentang sebanyak enam juta ton yang dihasilkan petani di Inggris tiap tahun.
Petani harus benar-benar waspada dan terus-menerus melakukan penyemprotan —kadang sampai 15 kali— dalam satu musim tanam di Inggris.
Sebagai bagian dari upaya menemukan solusi untuk membantu petani, peneliti di John Innes Centre dan Sainsbury Laboratory bekerjasama menguji coba bibit kentang anti-hama pada 2010.
Dua kali
Mereka menambahkan satu gen pada bibit kentang Desiree yang merupakan kerabat kentang asli Amerika Selatan, yang berfungsi memperkuat pertahanan alaminya terhadap penyakit dan hama.
"Membiakkan (tanaman baru) dari kerabat tanaman liar adalah pekerjaan berat dan lama sehingga saat gennya berhasil dicangkokkan dalam sebuah varietas tanam baru, bisa jadi patogen hama jamur ini sudah berubah sehingga kemampuan mengatasi hama menjadi tak maksimal lagi," kata Prof. Jonathan Jones, dari Sainsbury Laboratory.
"Saya juga berpendapat lebih baik mengatasi hama dengan [mengubah] gen daripada dengan zat kimia."
Tahun 2012, tahun ketiga percobaan, semua jenis kentang yang diuji coba tertular jamur kecuali yang sudah dicangkok dengan gen baru. Sementara setelah panen juga diketahui kentang hasil penelitian ternyata dua kali lebih banyak panennya ketimbang yang tanpa rekayasa.
Meski demikian kentang tangguh ini tak boleh ditanam untuk tujuan produksi komersial sebelum ada izin dari Uni Eropa yang amat ketat membatasi produk pangan hasil rekayasa genetika.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR