III.
Yushchenko dipilih karena sumpah untuk memberantas korupsi. Sejak minggu-minggu pertama di kantornya sebuah perang berkobar di seluruh Ukraina, kampanye melawan korupsi. pertempuran ini menghadirkan ancaman pertumpahan darah; kadang pula berisiko berubah menjadi sandiwara.
Kondisi Ukraina tertinggal jauh dibanding degan negara-negara lainnya di Eropa Timur. Ketidakpedulian pemerintah telah melumpuhkan perekonomian desa.
Bila Yushchenko akan melepaskan perekonomian dari bantuan luar negeri dan membangkitkan kembali untuk abad ke-21, ia perlu berkuasa di lingkar kecil para oligarki yang secara tak masuk akal semakin kaya selama pencaplokan besar pada masa Kuchma.
Yushchenko, tak pelak lagi, menghadapi tantangan berat dalam tahun-tahun pertama masa pemerintahan, antara lain kepungan korupsi, ekonomi lesu, dan pertikaian antarsekutu yang membawanya ke tampuk kekuasaan.
IV.
Skizofrenia budaya Ukraina berakar jauh pada masa lalu yang penuh siksaan, terentang lebih dari seribu tahun sarat pertumpahan darah, penguasaan oleh pihak asing, dan perpecahan di dalam negeri.
Di abad ke dua puluh satu, Kiev merupakan pusat negara Slavia yang pertama, yaitu Kyivan Rus, tanah air baik bagi Ukraina maupun Rusia. Lalu datanglah penyerbu Tartar yang berasal dari timur, disusul oleh tentara Polandia dan Lithuania dari barat.
Selama sebagian dari abad ke-18 dan seluruh abad ke-19, Ukraina terserap ke dalam Kekaisaran Rusia. Abad ke-20 terkejam, dengan dua bencana kelaparan yang menewaskan lebih dari delapan juta orang Ukraina, dan dua Perang Dunia di mana tujuh hingga delapan juta orang lebih tewas.
Pada 1950-an, kekuatan Soviet mematahkan kembali kekuatan para petani, merusiakan kebudayaan Ukraina, dan menguburkan warisan budaya kuno mereka. Penghinaan terakhir Rusia adalah bencana nuklir Chernobil yang angka kematiannya masih terus bertambah.
Secara geografis Ukraina menguasai jantung Eropa, namun dalam hal lain negeri ini terbelah dua, antara Timur dan Barat. Bagian paling barat dari negeri ini menjadi bagian dari Ukraina Soviet hanya ketika USSR memperluas wilayah kekuasaannya pada awal Perang Dunia II. Perbedaan bahasa (belajar bahasa Rusia diwajibkan di bawah kekuasaan Soviet, namun kini sudah tidak lagi), agama (bagian barat Ukraina sebagian besar menganut Katolik sementara bagian timur sebagian besar menganut Ortodoks), dan peluang ekonomi tinggal warisan sejarah yang akan terbukti sulit diatasi.
Di tengah kota Lviv dengan jalanan berlapis batu, saya mendapati diri diliputi oleh semangat kekaisaran yang telah mati. Lviv bermula di abad ke-13 dan pada berbagai tahap sejarahnya yang kacau meliputi campuran Austro-Hongaria, Polandia, dan Jerman. Perundingan Nazi-Soviet yang dikenal dengan sebutan Pakta Molotov-Ribbentrop menyerahkan tempat ini kepada Uni Soviet pada 1939.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR