V.
Ukraina kembali berada di tepi jurang. Akankah kekuatan pendukung reformasi bersatu? Dapatkah Yushchenko menjembatani perpecahan bangsanya?
Salah satu yang pertama tak setuju dengan presiden saat ini ialah Evhen Sverstjuk, yang pernah mendekam selama 12 tahun di penjara Soviet dan di pembuangan. "Kami menghadapi ketidakjelasan," ungkapnya, yang di usia 77 tahun masih menyunting sebuah surat kabar keagamaan. "Kami menjadi negara merdeka akhirnya, tetapi ke manakah arahnya negara baru ini? Apa yang kami bawa? Pelajaran apa?"
Pertanyaan-pertanyaan ini, dan masih banyak pertanyaan lagi masih bergantungan. Namun begitu pula halnya dengan kata-kata penuh harap dari seorang anggota muda tentara revolusi yang bergabung dalam protes di Maidan, Lapangan Kemerdekaan.
Layaknya kebanyakan orang Ukraina muda di timur maupun barat, Andriy Shevtsiv menikmati jarak yang membahagiakan, jauh dari masa lalu Soviet yang masih menghantui generasi Evhen Sverstjuk. Remaja berusia 19 tahun dengan rambut yang menurupi pundak ini terlihat terlampau muda untuk membantu membangun demokrasi baru.
Namun saat kami berbicara, ia terbata-bata mencari kata dalam bahasa Rusia—yang jarang digunakannya saat ini—saya rasakan campuran perasaan yang sama, antara lega, heran, dan cemas yang telah melanda negeri ini dalam jam-jam pertama kemenangan revolusi ini.
"Setiap revolusi selalu dimanfaatkan," kata Andriy dengan bijak. "Tetapi jangan cemas. Maidan tetap tinggal dalam hati kami."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR