Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE 25 Agustus lalu, mengungkap dampak ilustrasi virus yang dilihat dan dibandingkan dengna foto aslinya. Makalah itu berjudul The attributes of the images representing the SARS-CoV-2 coronavirus affect people’s perception of the virus.
Penelitian ini dilakukan oleh Celia Andreu-Sánchez dari Neuroscience and Communication Research Group di Universitat Autònoma de Barcelona, dan Miguel Ángel Martín-Pascual dari Instituto Radio Televisión Española (IRTVE), Spanyol.
Para peneliti menulis, gambar hitam putih dan dua dimensi dari SARS-CoV-2 membuat virus tampak lebih menular dan menyeramkan. Sedangkan melalui desain tiga dimensi yang memiliki warna-warni, meski mewakilkan gambar virus sebenarnya, membuatnya tampak lebih indah tetapi tidak terlalu realistis atau dianggap tidak menular.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Selama ini Rekonstruksi Manusia Purba Keliru dan Bias
"Hasil kami mengarahkan kami untuk mempertimbangkan kemungkinan persepsi pemirsa tentang gambar yang mewakili SARS-CoV-2 dapat memengaruhi perilaku dan emosional mereka," ujar Celia Andreu-Sánchez, penulis utama studi, dikutip dari rilis.
Hasil itu diungkap dari survei pada 333 responden. Mereka ditanyai penilaian keindahan, sifat ilmiah, realisme, persepsi menular, ketakutan, dan sifat didaktif atau pelajaran dari gambar yang dilihatnya. Gambar yang diberikan antara lain foto asli (hitam-putih), gambar berwarna yang dibuat media, dan ilustrasi tiga dimensi dari virus corona.
Berhubung gambar virus corona yang dinilai indah cenderung terlihat pada gambar berwarna dan tiga dimensi, ilustrasi ini sering digunakan oleh media. Sehingga, para peneliti berpendapat bahwa media telah berperan dalam distribusi gambar yang mempercantik virus meski tujuannya memberi informasi tentang pandemi dalam pemberitaan.
Baca Juga: Telusur Riwayat Perkembangan Seni Ilustrasi Botani di Indonesia
Source | : | PLOS ONE |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR