Sinar matahari, semilir angin, dan hamparan biru air laut menembus permukaan. Pasir putih di batas daratan pulau, membuat pemandangan kian memukau. Keempatnya adalah elemen utama yang segera memanjakan mata tatkala memasuki perairan Pulau Kapas, Marang, Terengganu, Malaysia.
Gradasi warna air laut seakan perlahan bertranformasi menjadi tiga bagian. Warna putih di pinggiran, biru muda, hingga biru tua saat memasuki tengah perairan. Beberapa ikan kecil yang bergerombol kemudian tampak ke permukaan. Ikan itu pun seolah ingin berebut untuk diabadikan.
Di perairan itulah acara utama Festival International Squid Jigging 2014 dilaksanakan. Butuh waktu sekitar satu jam bagi perahu bermesin tunggal yang ditumpangi Kompas.com beserta empat peserta festival lainnya itu untuk mencapai tengah perairan pulau Kapas dari "Riyaz Heritage Marina Resort and Spa Jetty".
Di tengah perjalanan, tiga pemandu dalam kapal memberikan peralatan yang biasa disebut jigging kepada kami untuk menangkap sotong. Pada alat jigging itu terdiri dari dua mata kail berwarna merah, kuning, dan putih. Kail kecil tersebut dirangkaikan dengan tali nilon berjenis monofilament.
Squid Jigging atau biasa disebut 'candat sotong' dalam bahasa Melayu adalah salah satu tradisi turun-temurun teknik menangkap sotong para nelayan di Terengganu. Biasanya aktivitas tersebut dilaksanakan pada periode akhir Maret hingga Agustus karena ketika itu curah hujan dari Laut China Selatan sudah berkurang.
Maklum, sotong merupakan salah satu hewan laut yang senang hidup di perairan sedikit berombak setelah musim hujan berakhir. Sotong diyakini akan keluar dari sarangnya untuk bertelur di sekitar perairan Kuala Terengganu, terutama di Pulau Kapas, Pulau Cepu, Pulau Redang, dan Pulau Bidong.
"Nelayan yang ahli bisa memasang tiga sampai empat candat pada satu tali. Jika beruntung mereka bisa membawa pulang sekitar 200 kilogram sotong dalam semalam," ujar Amiruddin, pemandu perahu yang kami tumpangi.
Mendengar ucapan itu, Lian Ho, salah seorang peserta yang berasal dari Hongkong tampak bersemangat. Ia pun langsung bergegas bergerak ke pojok perahu untuk melempar kail ke laut. Setelah itu ia terlihat antusias menarik-ulur tali sembari berharap segera mendapatkan tangkapan sotong pertamanya.
Namun, setengah jam berlalu, Ho masih nihil tangkapan. Gerakan tarik ulur dari tangannya yang tadi cepat perlahan melambat. Amiruddin kemudian menerangkan, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah waktu memancing. Menurutnya, waktu terbaik untuk menangkap sotong adalah saat matahari mulai tenggelam.
Selain itu, teknik lain yang dipakai untuk memancing sotong adalah dengan menggunakan lampu di bagian kiri dan kanan perahu. Hal itu dimaksudkan agar menarik perhatian sotong. Biasanya, sotong akan berkumpul bergerak ke lokasi yang bercahaya dan akan terus berada di sana dalam waktu yang lama. Namun, di sela-sela obrolan dengan peserta, Amiruddin yang juga sembari turut serta melakukan jigging tampak terkejut.
Secepat kilat, dia kemudian menarik tali kail dari laut. Alhasil, tangkapan pertama pun tercipta karena sotong berukuran sedang tertangkap di salah satu kail milik Amiruddin.
Tak berselang lama, giliran Ho yang terlihat menarik-narik tali kailnya. Mukanya pun sumeringah karena penantian hampir selama satu jam membuahkan hasil setelah sotong juga tertangkap oleh kailnya.
Tak terasa, hampir empat jam kami berada di atas perahu untuk melakukan squid jigging. Langit pun sudah gelap. Hanya temaram cahaya lampu dari perahu-perahu milik kelompok peserta lain yang tampak di perairan Pulau Kapas.
Amiruddin pun memutuskan untuk kembali ke "Riyaz Heritage Marina Resort and Spa Jetty". Meski hanya mendapatkan total lima ekor sotong, kepuasan tak terhingga tetap tertanam di benak masing-masing peserta. Apalagi, bisa mendapatkan pengalaman seru sembari menikmati eloknya perairan Pulau Kapas di Terengganu.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR