Untuk menyelidiki pertanyaan ini, para peneliti melihat perbedaan dalam prestasi matematika antara lebih dari 2.300 siswa kidal dan siswa dominan tangan kanan antara usia 6 dan 17 tahun di Italia. Meskipun tidak ada perbedaan ketika melihat masalah matematika yang lebih mudah, para siswa kidal memiliki keunggulan signifikan pada masalah yang lebih sulit, seperti mengasosiasikan fungsi matematika ke sekumpulan data, menurut studi tahun 2017 di jurnal Frontiers, yang dipimpin oleh Giovanni Sala, asisten profesor di Institute for Comprehensive Medical Science di Fujita Health University di Jepang.
Tapi mengapa tangan dominan seseorang ada hubungannya dengan kemampuan matematika? Orang-orang kidal dikaitkan dengan beberapa perbedaan mengejutkan dalam arsitektur otak mereka.
Sebuah meta-analisis tahun 1995 dari 43 studi dalam jurnal Psychobiology menetapkan bahwa orang-orang kidal memiliki corpus callosum yang jauh lebih besar daripada orang yang tidak kidal. Corpus callosum adalah kumpulan serabut saraf yang menghubungkan dua belahan otak.
Baca Juga: Mengapa Sebagian Orang Kidal? Berikut Penjelasannya
"Kemungkinan bahwa hubungan yang lebih kuat antara dua belahan memungkinkan subjek [kidal] memiliki kemampuan spasial yang lebih kuat, dan kita tahu bahwa kemampuan spasial terhubung dengan matematika karena matematika sering dikonseptualisasikan di seluruh ruang," kata Sala, yang melakukan penelitiannya itu saat kuliah di University of Liverpool di Inggris, sebagaimana dilansir Live Science.
Dalam beberapa kasus, itu mungkin tergantung pada bagaimana seseorang menjadi kidal. "Tangan adalah sifat yang sangat kompleks, dan khususnya kidal dapat menjadi keuntungan atau kerugian tergantung pada apa penyebabnya," kata Sal.
Terkadang, "kidal dapat disebabkan oleh beberapa jenis kerusakan otak, ketika belahan kanan harus mengambil alih karena ada semacam kerusakan di belahan kiri."
Baca Juga: Pilih Kiri atau Kanan? Ilmuwan Temukan Lebah Ada yang Kidal
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR