Nationalgeographic.co.id—Banyak tokoh besar dunia yang bertangan kidal atau memiliki tangan kiri yang lebih dominan daripada tangan kanan. Misalnya, tiga dari enam presiden Amerika terakhir adalah orang kidal: George H.W. Bush, Bill Clinton dan Barack Obama.
Lalu orang-orang yang telah memukau publik dunia dengan karya mereka di bidang-bidang tertentu ini juga memiliki tangan kiri yang dominan: Michelangelo, Leonardo da Vinci, Paul McCartney, David Bowie, Jimi Hendrix, James Baldwin, Nikola Tesla, Oprah Winfrey, Bill Gates dan Steve Jobs, menurut laporan tahun 2019 dan The New York Times.
Yang menarik, jumlah orang kidal di dunia hanya terdiri atas sekitar 10% dari populasi global. Namun pandangan sekilas di atas mengungkapkan bahwa banyak orang yang menjadi penggerak utama di dunia ini adalah orang kidal.
Pertanyaannya, apakah orang-orang kidal memang lebih pintar dan berbakat daripada orang-orang yang dominan tangan kanan?
Untuk menyelidiki pertanyaan ini, para peneliti melihat perbedaan dalam prestasi matematika antara lebih dari 2.300 siswa kidal dan siswa dominan tangan kanan antara usia 6 dan 17 tahun di Italia. Meskipun tidak ada perbedaan ketika melihat masalah matematika yang lebih mudah, para siswa kidal memiliki keunggulan signifikan pada masalah yang lebih sulit, seperti mengasosiasikan fungsi matematika ke sekumpulan data, menurut studi tahun 2017 di jurnal Frontiers, yang dipimpin oleh Giovanni Sala, asisten profesor di Institute for Comprehensive Medical Science di Fujita Health University di Jepang.
Tapi mengapa tangan dominan seseorang ada hubungannya dengan kemampuan matematika? Orang-orang kidal dikaitkan dengan beberapa perbedaan mengejutkan dalam arsitektur otak mereka.
Sebuah meta-analisis tahun 1995 dari 43 studi dalam jurnal Psychobiology menetapkan bahwa orang-orang kidal memiliki corpus callosum yang jauh lebih besar daripada orang yang tidak kidal. Corpus callosum adalah kumpulan serabut saraf yang menghubungkan dua belahan otak.
Baca Juga: Mengapa Sebagian Orang Kidal? Berikut Penjelasannya
"Kemungkinan bahwa hubungan yang lebih kuat antara dua belahan memungkinkan subjek [kidal] memiliki kemampuan spasial yang lebih kuat, dan kita tahu bahwa kemampuan spasial terhubung dengan matematika karena matematika sering dikonseptualisasikan di seluruh ruang," kata Sala, yang melakukan penelitiannya itu saat kuliah di University of Liverpool di Inggris, sebagaimana dilansir Live Science.
Dalam beberapa kasus, itu mungkin tergantung pada bagaimana seseorang menjadi kidal. "Tangan adalah sifat yang sangat kompleks, dan khususnya kidal dapat menjadi keuntungan atau kerugian tergantung pada apa penyebabnya," kata Sal.
Terkadang, "kidal dapat disebabkan oleh beberapa jenis kerusakan otak, ketika belahan kanan harus mengambil alih karena ada semacam kerusakan di belahan kiri."
Baca Juga: Pilih Kiri atau Kanan? Ilmuwan Temukan Lebah Ada yang Kidal
Jenis kerusakan ini dapat disebabkan oleh lesi hemisfer yang terjadi sebelum lahir, menurut sebuah penelitian tahun 1985 di jurnal Brain and Cognition. Jika lesi terjadi di belahan otak kiri, maka ini dapat menyebabkan individu tersebut lebih banyak menggunakan belahan kanan otaknya.
Karena belahan otak terindeks silang (artinya belahan kiri mengontrol sisi kanan tubuh, dan sebaliknya), belahan kanan yang dominan dapat menyebabkan kidal. Studi ini menyebut ini sebagai "kidal patologis," dan mencatat bahwa hal itu dapat menyebabkan kesulitan belajar. Dengan kata lain, terkadang menjadi kidal dikaitkan dengan masalah belajar.
Contoh bahwa orang kidal tak selalu lebih pintar daripada orang yang dominan tangan kanan terlihat dari hasil sebuah studi lainnya. Sebuah data lain menunjukkan bahwa orang-orang yang dominan tangan kanan memiliki sedikit keunggulan intelektual atas orang-orang kidal.
Sebuah studi pada 2017 di jurnal Neuroscience and Behavioral Review meninjau 18 penelitian lain yang mencakup data dari lebih dari 20.400 orang. Studi ini menemukan bahwa orang-orang yang dominan tangan kanan memiliki IQ yang jauh lebih tinggi daripada rata-rata orang kidal.
Namun para peneliti dalam studi tersebut mengatakan masih belum tahu apakah tingkat preferensi tangan terkait dengan kecerdasan. Mereka juga tidak tahu apakah ada hubungan antara keterampilan tangan relatif dan kecerdasan sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut.
Baca Juga: Daya Tarik dan Ras: Di Balik Keputusan Mengusap di Aplikasi Kencan
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR