Bosch-Roig dan timnya bekerja secara ekstensif di Gereja Santos Juanes di Valencia, Spanyol untuk memperbaiki lukisan dinding bertatahkan lem binatang sisa dari restorasi sebelumnya, yang mengaburkan pandangan pengunjung dari lukisan dinding abad ke-14. Untuk berhasil menghilangkan kerak gelap, Bosch-Roig memanfaatkan bakteri Ranalli yang sudah teruji dan terbukti kebenarannya-Pseudomonas stutzeri.
“Banyak orang akan mengunjungi gereja, mereka akan melihat lukisan dinding, dan warnanya buram,” ujarnya. “Sekarang, orang-orang kembali setelah pembersihan, dan berkata 'Wow, lukisan itu ada di sini?' Mereka belum pernah melihat gereja seperti ini.”
Baru tahun ini, tim Sprocati dan kolaborator restorasi mereka menangani masalah sulit pembusukan sisa-sisa manusia yang menodai marmer berukir Michelangelo di Kapel Medici di Florence, tempat banyak anggota keluarga dimakamkan. Karena tidak bisa dibersihkan dengan metode tradisional, tim memanfaatkan penurunan pengunjung selama pandemi untuk menguji bakteri dengan hati-hati dan membersikan patung terkenal itu.
Baca Juga: Misteri Hilangnya Lukisan Karya Kartini Saat Pusaran Geger 1965
Namun terlepas dari keberhasilan ini, bidang biocleaning telah gagal membuat langkah besar dalam dua dekade terakhir. Beberapa institusi memiliki kombinasi yang tepat antara minat, kebutuhan, dan pendanaan untuk berinvestasi dalam sistem biologis khusus, kata Bosch-Roig.
“Bidang penelitian seringkali jauh dari dunia restorasi seni yang sebenarnya, menekankan perlunya kolaborasi antara ilmuwan dan sejarawan seni,” ujar Ranalli.
Sprocati setuju bahwa kemitraan tersebut merupakan bagian penting dari biocleaning. “Saling percaya layak mendapat tempat terhormat,” katanya. “Tanpa itu, perpaduan restorasi, studi, analisis, pengetahuan, pengalaman, metode, dan sains untuk mengembalikan harmoni keindahan pada patung-patung Michelangelo tidak dapat dicapai.”
Baca Juga: Mengungkap Kisah di Balik Lukisan Modigliani Tentang Mantan Kekasihnya
Source | : | popsci.com |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR