Memasuki lorong pintu Giyanti Koffee Roasterry, hidung para tamu langsung disuguhi aroma kopi yang cukup menyengat. Kaki pun melangkah seperti mengikuti asal harumnya.
Pilihan pertama adalah minuman yang paling paling laris di kafe yang terletak di Jalan Surabaya No. 20, Menteng, Jakarta Pusat ini yaitu Piccolo. Cara meracik minuman ini berasal dari Spanyol yang biasa juga disebut Cortado. Piccolo atau Cortado juga banyak digemari di beberapa negara lainnya yaitu di kawasan barat wilayah Amerika Serikat biasa disebut Gibraltar. Di Kuba juga dinamakan Cortadito dan beberapa negara lainnya seperti Portugal dan Perancis.
Piccolo adalah racikan kopi dan susu. Hampir sama dengan kopi latte namun Piccolo jumlah campuran kopinya lebih banyak dari latte. Minimal jumlah campuran kopi dan susunya sama atau seimbang.
Walaupun dicampur dengan susu, harum Piccolo pekat aroma kopi hitam. Hisapan pertama, busa kental dari susunya tercampur dengan kopi langsung menempel di bibir. Rasa pekat pahit kopinya menyeruduk ke lidah dan tenggorokan.
Sebagai campuran kopinya adalah kopi Bali Kintamani. Asam khas kopi juga sedikit muncul. Namun kekentalannya masih terus terasa sampai diakhir tegukan.
Busanya memang berbeda dengan kopi latte. Piccolo busanya kental dan lebih mudah berbaur dengan kopi. Padahal Piccolo diracik tanpa ada adukan dari sendok sama sekali. Legit susunya juga tak terlalu menguasai hanya kadang saja muncul.
Tak salah kalau Piccolo juga minuman yang cocok direkomendasikan bagi penggemar kopi sejati. Aroma dan rasa kopinya tetap menjadi raja di gelas kecil Piccolo.
Digelas kedua, Kompas.com disuguhi Hot Mocca Melt. Minuman ini adalah racikan kopi, coklat dan susu. Harum coklatnya tidak kalah dengan aroma kopinya yaitu kopi Toraja Sapan. Saat diseruput rasa coklat legit di mulut. Membuat lidah ingin kembali meneguknya.
Manisnya bukan dari gula. Manisnya didapat dari coklat batangan yang melting atau dicairkan. Setelah cair dicampur dengan kopi baru kemudian dicampur susu. Teksturnya walaupun kental namun lembut hingga tidak terlalu berat saat diujung lidah. Rasa akhir yang tinggal adalah aroma kopinya seolah betah di mulut sampai tegukan berakhir. Minuman ini cocok bagi yang bukan penikmat kopi keras karena rasa kopinya lembut.
Giyanti Koffe Roasterry mulai buka sejak 2012 silam. Pemiliknya adalah pasangan suami istri, Hendrik dan Monica Halianto. “Karena kami pasangan serasi. Hendrik passion-nya di kopi dan saya di bakery (kue dan roti)...” ujar Monik terkekeh.
Semua kopi yang disajikan di kafe ini adalah kopi Indonesia seperti kopi Flores, Toraja, Sumatra, dan Bali. “Karena kami sangat mendukung petani kopi di Indonesia dan perkembangan perkebunan kopi di Indonesia,” kata Monik dengan antusias. Menurut Monik, kopi Indonesia jauh lebih kaya rasa dan kualitasnya juga tak diragukan di dunia.
Ke depan Giyanti Kaffe Roasterry merencanakan memperluas dan menambah gerai. "Biar kopi Indonesia menjadi raja di negeri sendiri," kata Monik di akhir percakapan.
Bagaimana Gagasan Setahun Terdiri atas 365 atau 336 Hari Muncul di Era Romawi Kuno?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR