"Rusia membutuhkan surga dunia," tulis Pangeran Grigory Potemkin, jenderal di masa pemerintahan Ratu Catherine Agung, yang menyerukan invasi dan penyatuan Krimea.
Jazirah Krimea, dengan tebing-tebing berkilauan di pesisir Laut Hitam, sekelas Pantai Riviera dengan biaya pelesir jauh berbeda.
Hangat 300 hari disinari Matahari dalam setahun dan keindahan tak terbantahkan, Krimea menjadi tempat bermain para raja.
"Tempat ini tidak pernah mengalami musim dingin," kata penulis Anton Chekhov, yang memiliki dacha — rumah peristirahatan dekat Yalta.
Masyarakat Rusia menangis pasca pecahnya Uni Soviet, karena Krimea tak lagi berada di bawah kekuasaan Rusia, melainkan bagian dari Ukraina yang merdeka.
(Baca pula mengenai ini di Pilihan Krimea "Pulang ke Rumah")
Berdasarkan sejarah, memang Krimea sejatinya adalah bagian dari Federasi Rusia.
Dari kacamata wisata, wisatawan dapat mendatangi bekas pangkalan selam nuklir milik Uni Soviet di Balaklava, sisa Perang Dingin yang dijadikan museum. Lalu memanjakan diri dengan mandi lumpur terapeutik di salah satu resor kesehatan di pantai barat dan timur, atau ke Istana Livadia di Yalta, lokasi konferensi penataan kembali Eropa pascaperang 1945.
Pada musim gugur, udaranya menjadi makin nyaman dan berlangsung panen anggur seperti di perkebunan Massandra, yang dibangun di abad ke-19 untuk memasok minuman anggur bagi Nicholas II, kaisar Rusia terakhir. Cobalah jenis Riesling beraroma padang rumput pegunungan Alpen, warna merah rubi dan rasa madu, yang dikenal sebagai "Seventh Heaven."
* Krimea merupakan satu dari 20 Destinasi Terbaik Sedunia pilihan NATIONAL GEOGRAPHIC TRAVELER pada pengujung 2013. Sajian tempat-tempat terpilih lainnya dapat dibaca secara lengkap dalam edisi Desember 2013.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR