Pada 1966, cangkul seorang petani yang sedang mengolah tanah milik penduduk desa bernama Karyoinangun, membentur batu. Setelah diteliti, ternyata batu itu adalah bagian dari reruntuhan candi. Walau sejarah pendirian candi ini belum diketahui secara pasti, namun para ahli memperkirakan candi ini masuk ke dalam abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Berdasarkan batu isiannya, pendirian candi ini diperkirakan memiliki masa yang sama dengan Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan yang tersebar di area Yogyakarta.
Candi Sambisari merupakan kelompok percandian yang terdiri atas sebuah candi induk yang memiliki tinggi 7,5 meter, ditambah dengan tiga buah candi perwara. Pada sisi luar dinding candi terdapat relung-relung yang ditempati oleh Dewi Durga di bagian utara, Ganesa di timur, dan Agastya di bagian selatan. Bagian atas masing-masing relung ini berhias kepala kala. Di bagian kanan dan kiri pintu masuk ke bilik candi terdapat relung untuk para dewa penjaga pintu, yaitu Mahakala dan Nandiswara. Sayangnya, kedua arca ini tidak lagi ada.
Kegiatan ekskavasi dilakukan pada 1975 dan 1976. Candi-candi ini pun terungkap dalam keadaan runtuh dengan batuan yang berserakan. Uniknya, candi ini ternyata terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Saat ekskavasi dan pemugaran, ditemukan keramik asing, gerabah, tulang, benda-benda yang terbuat dari perunggu termasuk arca Bodhisatwa, arca dari batu andesit, dan lempengan emas bertulis.
Kawasan yang tamannya tertata dengan amat apik ini memiliki pesona tersendiri bagi para penduduk di sekitar, juga para pelancong. Saat senja, kawasan Candi Sambisari dipenuhi masyarakat, bahkan menjadi tempat untuk menggelar arisan. Jika Anda berpelesir ke Yogyakarta, jangan lupa untuk mampir ke candi yang terletak di Dusun Sambisari, Kabupaten Sleman ini. Jaraknya sekitar 12,5 km dari Yogyakarta.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR