Tak hanya lagu yang bertema soal lingkungan, tapi album mereka pun dibuat dari bahan daur ulang, bagaimana sebenarnya kekhawatiran band beraliran grunge asal Bali, Navicula soal kerusakan lingkungan dan kondisi sosial di Indonesia?
Beberapa lagu dalam album terbaru Navicula Love Bomb menyoroti kerusakan lingkungan, seperti Bubur Kayu yang tentang kerusakan hutan akibat perluasan lahan kelapa sawit, Harimau! Harimau!, Orangutan, Di Rimba, dan Metropulutan.
"Pesan-pesan yang ada di album itu banyak bertema soal sosial lingkungan, itu kecintaan kita terhadap lingkungan dan sesama, jadi cinta yang luas dan universal," jelas Robi, di Studio BBC Indonesia di Jakarta.
"Lingkungan menjadi isu yang paling kuat dan gencar kita sampaikan karena saat ini yang paling urgent, yang dihadapi oleh rumah kita locally dan globally, locally di Bali, kemudian Indonesia dan dunia, karena over consumerisme,ini kayak rem atau saatnya kita membayar apa yang kita ambil terus," tambah Robi.
Love Bomb merupakan album ketujuh bagi band dengan formasi terkini Robi (vokal, gitar), Dankie atau Dadang (gitar), Made (bass) dan Gembull (drum).
Album ganda yang dirilis pada 1 Maret lalu sarat dengan lagu yang bertema sosial dan lingkungan.
Perjalanan ke Kalimantan
Selain menuliskan lagu bertema lingkungan, Navicula juga sempat melakukan perjalanan ke Kalimantan menyaksikan langsung dengan kerusakan hutan, bekerja sama dengan organisasi lingkungan Walhi Indonesia, Walhi Kalimantan, Greenpeace Indonesia, dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN.
Dalam perjalanan yang didanai secara mandiri itu, personil Navicula mengendarai motor di sepanjang 2.000 km di jalur hutan hujan tropis yang rusak, selama 12 hari.
"Kalau terjun langsung lebih kuat apa yang kita suarakan, kalau selama ini kita lihat di media, perspektifnya kita ya seluas isi media itu, tetapi begitu kita terjun ke lapangan kita akan melihat ada luas sekali impact-nya, bukan hanya flora fauna diistu yang hilang tetapi local wisdom,banyak sekali yang hilang akibat deforestasi," jelas Robi.
Perjalanan ke hutan di pedalaman Kalimantan, memberikan banyak inspirasi bagi Navicula untuk membuat lagu-lagu bertema kerusakan lingkungan.
Rekaman di AS
CD pertama berisi 5 lagu yang direkam di Record Plant, Hollywood, sementara CD kedua berisi 10 lagu yang direkam di studio milik mereka di Bali.
"Keping yang pertama itu di rekam di Record Plant, di sana kita ketemu orang keren, eksperimen dengan berbagai alat, jadi pasti beda, secara musikal kita makin cute," jelas Dankie.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR