Nationalgeographic.co.id—Banyak orang di dunia masih sering tidak cukup tidur setiap harinya. Baik karena sengaja maupun tidak.
Beberapa gangguan yang mencegah kita cukup tidur sudah jelas. Lainnya kurang begitu jelas, tetap misterius, dan diperdebatkan.
Salah satu yang masih diperdebatkan adalah efek Bulan dan siklusnya. Siklus Bulan telah lama dipelajari untuk menyelidiki dampak potensialnya terhadap tidur manusia. Namun hasil analisis dari studi semacam itu agak tidak konsisten.
Sebuah studi terbaru kembali mencoba menganalisis hal tersebut. Dalam studi baru ini tim ilmuwan memantau tidur lebih dari 850 orang di Uppsala, Swedia, menggunakan pengukuran polisomnografi untuk memastikan permulaan, durasi, dan kualitas tidur mereka untuk satu malam. Menurut para peneliti, studi ini adalah salah satu studi observasi yang terbesar dari jenisnya.
Pengukuran tiap malam ini dicatat pada individu selama beberapa tahun, baik pada pria maupun wanita. Malam-malam yang terekam akhirnya mewakili tahapan yang berbeda dari siklus bulan: saat Bulan baru berubah menjadi Bulan purnama (dengan ukuran area yang terlihat dan terang meningkat) yang disebut proses 'waxing', dan juga saat iluminasi berkurang dalam periode setelah Bulan purnama hingga Bulan baru berikutnya yang disebut sebagai proses 'waning'.
Pemikiran berlanjut bahwa peningkatan kecerahan Bulan waxing hingga mencapai puncak optik pada malam Bulan purnama seharusnya harus mempengaruhi tidur manusia secara keseluruhan. Hal ini mengingat orang-orang umumnya cenderung tidur lebih baik dalam kondisi yang lebih gelap.
Beberapa penelitian memang telah membuktikan teori itu. Namun beberapa yang lain gagal untuk menirunya.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Komunikasi Lewat Mimpi dengan Orang yang Tidur
Dalam penelitian baru ini, hasilnya tampaknya mengkonfirmasi bahwa siklus Bulan memang memiliki pengaruh yang signifikan dan dapat terdeteksi pada tidur manusia. Namun yang menarik, tidak semua orang terpengaruh dengan siklus Bulan tersebut.
"Kami menemukan bahwa para pria yang tidurnya dicatat pada malam hari dalam periode waxing dari siklus Bulan menunjukkan efisiensi tidur yang lebih rendah dan peningkatan waktu bangun setelah onset tidur dibandingkan dengan para pria yang tidurnya diukur pada malam hari pada periode waning," ujar Christian Benedict, ahli saraf dari Uppsala University yang menjadi penulis pertama dalam makalah laporan penelitian ini.
"Sebaliknya, tidur para wanita sebagian besar tetap tidak terpengaruh oleh siklus bulan," tambah Benedict seperti dikutip dari Science Alert.
Baca Juga: Studi: Bangun Tidur Satu Jam Lebih Pagi Bisa Kurangi Risiko Depresi
Hasil pencatatan pada wanita secara keseluruhan kurang menunjukkan pengaruh Bulan pada pola tidur mereka. Makalah laporan studi yang terbit di jurnal Science of the Total Environment ini menunjukkan bahwa para wanita dalam penelitian ini tidur rata-rata hampir 12 menit lebih sedikit pada malam hari selama periode waxing, dibandingkan dengan malam periode waning.
Di sisi lain, makalah ini mencatat bahwa para pria tidur lebih dari 20 menit lebih sedikit pada malam waxing. Penanda lain dari efek Bulan juga jauh lebih jelas pada pria, yakni termasuk efisiensi tidur mereka 3,4 persen lebih rendah, lebih terjaga, dan mengalami gangguan yang lebih besar pada lamanya tahap tidur selama malam periode waxing.
Karena ini adalah penelitian observasional, tim tidak mengklaim bahwa efek penyebab bekerja di sini. "Studi kami, tentu saja, tidak dapat menguraikan apakah hubungan tidur dengan siklus bulan adalah kausal atau hanya korelatif," kata Benedict.
Meski demikian, pasti ada sesuatu yang terjadi di sini yang tampaknya membuat orang-orang tersebut tidur secara berbeda, selaras dengan seberapa terang dan penuh Bulan pada malam tertentu. Hanya saja sulit untuk secara otoritatif menentukan sejauh mana efek ini.
Baca Juga: Teori Baru Ini Ungkap Cara Memunculkan Mimpi Saat Kita Tidur
Para peneliti dengan senang hati memberikan beberapa tebakan, ke arah yang, sekali lagi, cukup jelas dan masuk akal tapi belum bisa dibuktikan.
"Dengan setiap hari tambahan selama fase waxing, Bulan memantulkan lebih banyak sinar matahari ke Bumi, mencapai pencahayaan maksimum pada hari Bulan purnama," tulis tim dalam makalah penelitian tersebut. Jadi, Bulan bertindak sebagai cermin besar yang ditempatkan secara tidak nyaman yang memantulkan cahaya dari Matahari.
"Selain cahaya, ritme sirkadian yang mengontrol waktu dan kualitas tidur dipengaruhi oleh isyarat non-fotik, termasuk gravitasi ... Perbedaan tarikan gravitasi Bulan pada waktu tidur antara fase waxing dan fase waningnya mungkin, karenanya, menjelaskan beberapa perbedaan yang teramati dalam tidur."
Ada juga potensi efek geomagnetik yang mungkin terlibat. Namun parameter-parameter ini tentu memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR