Dengan bertemakan “Legacies of Power”, melalui jajaran para seniman dan karya mereka, ART|JOG|14 mencoba memaknai visi pelaksanaan demokrasi di Indonesia sembari melihat kembali sejarah peralihan kekuasaan di Indonesia.
Sebagai sebuah bursa seni rupa kontemporer internasional berbasis di Yogyakarta, ART|JOG pada awalnya merupakan bagian dari Jogja Art Fair di tahun 2008. Tahun ini ART|JOG akan berlangsung pada tanggal 7-22 Juni ini di Taman Budaya Yogyakarta.
Simak lebih dekat ART|JOG ini dalam rangkain foto berikut:
Pengunjung berpose di depan 150 figur boneka goni karya Samsul Arifin. Karya ini merupakan satire terhadap para wakil rakyat dalam kabinet. "Goni Cabinet" begitulah judul karya ini menampilkan beragam pose dan coretan, mengundang para pengunjung yang datang untuk bebas menginterpretasikan. HTC One E8. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Pengunjung menghampiri karya Edhi Sunarso "Soekarno dari Pengasingan Pulau Ende". Patung setinggi 4,4 meter ini menjadi salah satu daya tarik pengunjung untuk berfoto. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Karya Galam Zulkifli yang menampilkan wajah para presiden yang pernah dan sedang memipin Indonesia. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
"Chose The Chair" karya Dodik Wahyu. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Karya I Gusti Ngurah Udiantara "Catatan Kekuasaan". Menampilkan rupa dari berbagai macam pemimpin dunia. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
"Go To Hell Crocodile" karya seniman kenamaan Joko Pekik. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Pengunjung menyaksikan video instalasi berjudul "8 lessons on emptiness with happy end" karya Marina Abramovic. Melalui lima tayangan dalam video instalasi tersebut, Marina mengkritisi perang yang marak diberitakan televisi maupun praktek kekerasan di video games. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Pengunjung menyaksikan karya Midori Hirota berupa 150 potret saksi perang dunia II. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Antara Kelapa Sawit dan Hutan: Intensifikasi dan Upaya Kembali ke Multikultur
KOMENTAR