Cawapres No.1 Hatta Rajasa meyakinkan semua pihak jika pada 2015 mendatang, lifting minyak bisa melonjak hingga 1 juta barel per hari (bph). Sayangnya, Hatta tak menjelaskan lebih lanjut bagaimana caranya. Saat ini lifting minyak ada di kisaran 800.000 bph.
Hatta, mengaku lifting minyak terus turun sejak Jusuf Kalla menjadi Wakil Presiden, di kisaran 12 persen per tahun. Namun,dia mengklaim pada beberapa tahun terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil menekan penurunan produksi minyak 3 persen per tahun.
"Awal 2015 saya yakin akan naik jadi 1 juta barel per hari," kata Hatta dalam Debat Capres-Cawapres kelima yang mengusung tema Pangan, Energi, dan Lingkungan, yang dihelat KPU pada Sabtu (5/7).
Sementara itu, untuk persoalan listrik yang masih banyak mengalami pemadaman, Hatta menuturkan hal tersebut lantaran pemerintah terlambat dalam membangun pembangkit listrik 10.000 megawatt.
Seharusnya, pembangkit tersebut sudah terbangun sejak 3 tahun silam. Dia menambahkan, saat ini kapasitas pembangkit PLN, sebesar 54.000 megawatt.
"Tapi persoalan terbesar berkaitan dengan energi adalah perlunya diversifikasi energi. Kita tidak boleh menggantungkan energi fosil, kita ke EBT. Maka diperlukan insentif, agar bisnis EBT tumbuh," katanya.
Sementara itu, sebelumnya, calon Presiden No.2 Joko Widodo mengatakan, pemerintah mendatang perlu mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Kata dia, ini bisa dilakukan jika ada pasar.
"Pertamina harus membuka pasar untuk biofuel," kata Jokowi dalam Debat Capres-Cawapres kelima yang mengusung tema Pangan, Energi, dan Lingkungan, yang dihelat KPU pada Sabtu (5/7).
Lebih lanjut dia menyayangkan, selama ini tata kelola energi salah kaprah karena pemerintah justeru memberikan insentif (subsidi) yang besar untuk mengimpor bahan bakar minyak (BBM).
"Tapi tidak memberikan insentif enerbi baru terbarukan yang harunya bisa dinikmati oleh petani," ujarnya.
Indonesia, kata Jokowi, memiliki banyak lahan marginal yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan menanam EBT,misalnya berbahan dasar cantel ataupun sorgum.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR