Mendengar suara-suara dengan volume tinggi seperti tembakan, ledakan, dan petir adalah kondisi di mana seseorang mengalami sindrom kepala meledak. Sindrom ini adalah salah satu sindrom akibat gangguan tidur.
Pertanda sindrom kepala meledak
American Sleep Association (ASA) mengutarakan, gejalanya tidak selalu sama antara satu orang dengan orang lain, dan biasanya tidak menimbulkan sakit fisik. Beberapa orang menjelaskan, adanya terpaan sinar dan suara-suara keras. Gelisah, jantung berpacu, dan sesak napas juga gejala-gejala umum selain suara keras.
Brian Sharpless, profesor psikologi di Washington State University mengatakan bahwa fenomena ini provokatif dan sedang dipelajari. "Saya sudah bekerja dengan beberapa orang yang mengalaminya tujuh kali dalam semalam, jadi mungkin sindrom ini dapat mengarahkan ke konsekuensi-konsekuensi buruk." Bahkan beberapa orang bisa menjadi gelisah saat masuk ke kamar tidur atau saat mereka ingin tidur. Hal ini juga dapat mengacu kepada kantuk di siang hari, yang merupakan masalah lain.
Stres dan sindrom kepala meledak
Beberapa penderita mendengar suara-suara hanya di satu telinga, sementara beberapa penderita lainnya mendengarnya di kedua telinga. Dalam kasus lain, suara tersebut terdengar dari kepala si penderita sendiri. Sebagian besar peneliti menemukan bahwa sindrom ini terjadi di antara orang-orang yang mengalami stres tingkat tinggi dan kelelahan fisik maupun mental. Sindrom ini menyerang pria dan wanita, namun lebih banyak dialami oleh wanita di umur 50 tahun ke atas.
Karena belum ada penelitian lebih lanjut mengenai sindrom ini, tidak ada yang benar-benar tahu penyebab sindrom kepala meledak. Beberapa ahli berspekulasi hal ini terkait dengan kejang kecil dalam lobus temporal di bagian otak. Adapun yang berspekulasi sindrom ini terkait dengan masalah pendengaran.
Untuk mengatasinya, para ahli menyarankan yoga, meditasi, atau hal sesederhana mandi air hangat sebelum tidur. Selain itu bisa juga diobati dengan obat tertentu. Clomipramine, salah satu obat antidepresan dapat membantu menyembuhkan sindrom ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR