Karya arsitektur yang mengedepankan keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan tidak harus tampak kumuh atau membosankan. Sebuah studio arsitektur asal Vietnam, a21studio, membuktikan bahwa bangunan yang hampir seluruh bagiannya dibuat dari material hasil daur ulang tetap bisa tampil menarik.
Studio tersebut membuat Salvaged Ring, kedai kopi (coffee house) di Nha Trang, Vietnam. Sesuai namanya, Salvaged Ring merupakan bangunan berbentuk melengkung dan dibuat dari kayu hasil daur ulang.
Menurut arsitek yang terlibat dalam pembuatan kedai kopi ini, pemilik kedai merupakan pengrajin kayu. Sang pemilik punya setumpuk kayu-kayu bekas atau kayu sisa yang tidak terpakai. Daripada terbuang begitu saja, dia ingin agar kayu-kayu sisanya digunaan untuk kedai kopi tersebut.
"Keunggulan penggunaan kayu sisa adalah menghemat pengeluaran pemilik, dan ini memberikan kehidupan lain (bagi kayu) ketimbang ditinggalkan tanpa guna di gudang," ujar arsitek Toan Nghiem, kepada Dezeen.
Rangka kayu menyangga atap yang melingkar dari daun kelapa, mulai dari bagian pintu masuk di dekat jalan raya, hingga bagian penuh kursi dan meja untuk para tamu. Uniknya, meski dibangun dari bahan yang relatif sederhana, kedai kopi ini memiliki split-level dan menambah daya tarik bagi pengunjungnya.
Pengaturan interior kafe, serta penggunaan kayu rupanya merupakan salah satu praktik arsitektur tradisional Vietnam. A21studio menggunakan teknik pengerjaan kayu, tanggam dan sendi tenon, untuk menghubungkan bagian-bagian berbagai ukuran dan membangun rangka kedai tersebut. Hal ini juga berarti para arsitek tidak memerlukan kayu tambahan untuk membangunnya.
"Satu kerugian menggunakan kayu bekas adalah kami tidak memiliki banyak ukuran kayu, jadi kami harus mengkombinasikan berbagai elemen untuk memastikan strukturnya stabil," kata Nghiem.
"Tapi, saya pikir hal tersebut memberikan bangunan ini ciri khas," tambahnya.
Kedai berukuran 360m2 itu berada di area seluas 1620m2. Lokasinya berada di kota Nja Trang, Vietnam. Penggunaan bahan-bahan alami, seperti kayu, batu, dan daun kelapa, untuk kedai tersebut membuatnya dengan mudah menyatu dengan lingkungan pedesaan di sekitarnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR