Nationalgeographic.co.id—Daging babi di Korea Selatan itu seperti daging ayam di Indonesia. Bagi kamu yang pernah ke Korea Selatan, pasti sadar bahwa hampir semua restoran atau tempat makan di sana menyediakan menu daging babi.
Pertanyaannya, mengapa orang-orang Korea begitu suka makan daging babi dan mengapa daging babi, khususnya perut babi, menjadi menu daging yang paling digilai di sana?
Dikutip dari Goody Malaysia, awalnya orang-orang Korea lebih suka daging sapi daripada babi. Sebab, sapi dapat menghasilkan lebih banyak daging untuk dikonsumsi masyarakat dibandingkan dengan babi karena ukurannya yang lebih besar.
Selain itu, sebelumnya orang-orang Korea juga tidak banyak memelihara babi karena babi mengonsumsi biji-bijian. Pada saat itu, hasil panen gandum rendah dan mahal. Oleh karena itu, tidak ada gandum untuk diberikan kepada babi.
Pada masa Dinasti Joseon, ada desas-desus bahwa makan daging babi akan menyebabkan wasir. Selain itu, babi diberi makan dengan sisa makanan, kotoran selokan, dan kotoran manusia. Oleh karena itu, orang-orang Korea menganggap babi sebagai makanan yang tidak sehat.
Mulai 1970, orang-orang Korea mulai memelihara babi dalam jumlah besar untuk tujuan ekspor. Daging babi dari Korea kemudian banyak diekspor ke Jepang.
Namun, Jepang hanya membeli bagian tertentu dari babi seperti daging babi pinggang atau daging babi tenderloin untuk membuat hidangan steak babi. Akibatnya, bagian lain dari babi seperti kepala, usus, dan perutnya tetap dikonsumsi di Korea.
Saat itu orang-orang Korea yang memiliki kompor gas di dapur, mulai memanggang sisa-sisa bagian babi tersebut, terutama bagian perutnya. Perut babi biasanya dipotong menjadi 3 hingga 4 sentimeter agar mudah dipanggang dan dimakan.
Baca Juga: Di Vietnam, Daging Tikus Menjadi Makanan Populer yang Digilai
Ketika pendapatan para pekerja di Korea meningkat pada 1980-an, konsumsi daging menjadi lebih tinggi. Selama krisis keuangan IMF tahun 1997, yang membuat kondisi ekonomi di Korea jadi buruk, perut babi menjadi hidangan utama bagi banyak perusahaan karena harganya relatif lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi.
Daging perut babi kemudian menjadi makanan yang populer di Korena karena rasanya yang enak dan harganya yang murah. Samgyeopsal atau daging perut babi panggang adalah makanan yang kini disukai secara universal oleh orang-orang Korea, baik muda ataupun tua, baik kaya ataupun miskin.
Perut babi ini biasanya dipanggan dengan bumbu BBQ dan kemudian ditaruh di atas daun segar. Daginig panggang ini paling enak dimakan dengan kimchi dan ditutup dengan tegukan minuman soju dingin sebagai pencuci mulut.
Baca Juga: Kuliner Ekstrem Tong Zi Dan, Telur Rebus dalam Air Kencing Anak Lelaki
Dikutip dari Seoul Eats, orang-orang Korea percaya bahwa makan samgyeopsal sesekali itu sehat. Ini terutama benar ketika perut babi dimakan dengan kimchi yang pada dasarnya merupakan sayuran sehat.
Lebih lanjut, orang-orang Korea memiliki kepercayaan bahwa lemak licin dan berminyak dari perut babi baik untuk menghilangkan debu dari paru-paru. Orang-orang Korea juga sering memakan hidangan ini selama musim debu kuning, kondisi saat udara Korea dipenuhi dengan polusi debu dan pasir halus yang tidak sehat yang mengalir dari Tiongkok.
Mitos terkait khasiat perut babi yang kini masih jadi kepercayaan banyak orang Korea itu juga pernah dilaporkan oleh South China Morning Post. Keyakinan bahwa daging babi mendetoksifikasi paru-paru telah mendorong orang-orang Korea untuk mengonsumsi lebih banyak daging saat terjadi masalah polusi di negara tersebut pada akhir 2013.
Baca Juga: Mengapa Orang Korea Selatan Bersemangat dalam Berbahasa Indonesia?
Kala itu penjualan daging babi di Korea Selatan tiba-tiba meroket. Sebagian besar berkat takhayul lama yang mengklaim bahwa memakan daging babi membantu tubuh membuang polutan yang masuk lewat udara yang kita hirup.
Homeplus, jaringan toko ritel diskon terbesar kedua Korea saat itu, melaporkan bahwa penjualan perut dan kaki babi naik 32 persen pada minggu pertama Desember 2013. Total, ada lebih dari 150 ton daging bagi terjual pada periode tersebut, sebagaimana dilaporkan Global Times yang mengutip penelitian ekonomi di The Seoul Economic Daily.
Alasan popularitas daging babi yang tiba-tiba meroket itu, meski selama ini daging babi memang populer dan digilai masyarakat Korea, adalah terkait meningkatnya paparan kabut asap di udara Korea Selatan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, masalah polusi udara yang semakin intensif terjadi di Korea itu berasal dari Tiongkok daratan timur.
Baca Juga: 70 Tahun Berlalu, Kisah Perang Korea yang Belum Berakhir Hingga Saat Ini
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Source | : | Global Times,South China Morning Post,Seoul Eats,Goody Malaysia |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR