Ditemukannya kata "Indonesia" dan tanda panah yang merupakan hasil aksi corat-coret di Gunung Fuji, Provinsi Shizuoka, Jepang, telah beredar sebagai berita tidak hanya di Tanah Air, tetapi juga di Jepang.
Di Jepang, berita ini disiarkan sejumlah media, antara lain di Fuji TV dan fnn-news.com, Jumat (8/8). Menyikapi masalah ini, KBRI Tokyo telah menghubungi Kosaka Ishio, koordinator pengelola Gunung Fuji yang terdaftar di UNESCO sebagai warisan dunia, untuk memperjelas duduk perkara masalah ini.
Ishio mengatakan, terdapat bukti aksi corat-coret di bebatuan Gunung Fuji yang dianggap suci oleh masyarakat Jepang. Namun, Ishio melanjutkan, pihaknya belum mendapatkan bukti kuat bahwa aksi itu dilakukan warga Indonesia.
"Kami masih perlu sedikit waktu," ujar Kosaka Ishio sebagaimana dikutip KBRI Tokyo dalam siaran pers, Jumat (8/8).
Berdasarkan keterangan dari Kosaka Ishio itu, KBRI Tokyo belum mengambil sikap atau mengeluarkan pernyataan apa terkait aksi vandalisme itu. Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra, mengatakan tidak ingin gegabah dalam menangani persoalan itu.
"Jika akan mengeluarkan pernyataan maaf, pernyataan itu perlu dirancang dengan baik, termasuk pilihan untuk kata 'maaf' itu sendiri. Tapi, sebelum itu, duduk persoalannya harus diketahui secara jelas dulu. Kami masih menunggu laporan lebih lanjut dari pihak pengelola Gunung Fuji. Kami akan mengambil langkah secara tepat dan proporsional pada saat yang juga tepat, jika hal itu ternyata nanti memang diperlukan," ujar Yusron.
Menurut Yusron, jika tidak ditemukan bukti bahwa aksi corat-coret itu dilakukan oleh warga negara Indonesia, permohonan maaf tentu akan menjadi tidak relevan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR