Modernisasi sudah merajalela di mana-mana. Namun di Indonesia masih ada suku yang mempertahankan kearifan tradisonal mereka. Suku Sakuddei, yang tinggal di pedalaman Siberut (sebelah barat dari Pulau Sumatra), merupakan salah satunya.
Sekitar lima dekade yang lalu, seorang antropolog kelahiran Swiss berkunjung ke Mentawai dan tinggal bersama suku Sakuddei. Demi keberlangsungan penelitiannya, Prof. Dr. Reimar Schefold tak hanya memerhatikan kehidupan di sana, tetapi ia pun melakoninya. Kisahnya bersama orang pedalaman tersebut ia tuangkan dalam buku berjudul Aku dan Orang Sakuddei: Menjaga Jiwa di Rimba Mentawai, yang pertamanya diterbitkan dalam bahasa Belanda.
Antropolog dari Universitas Indonesia, Bambang Rudito, memberikan ulasan singkat mengenai buku tersebut. "Pak Reimar mengisahkan pengalamannya tersebut secara detil dan deskriptif sehingga pembaca seolah masuk ke dalam cerita," katanya saat dihubungi via telepon.
Bambang Rudito juga mengatakan bahwa antropolog yang belajar di Belanda ini mampu menggugah pembaca dengan tulisannya, membuat pembaca seolah masuk ke dalam sejarah dan terlibat di dalam sejarah tersebut.
Hingga saat ini, walaupun sudah ada orang Sakuddei yang tersentuh arus modernisasi, suku tradisionalnya pun masih ada dan mereka tinggal di pedalaman Mentawai. Tahukah Anda, bahwa dukun adalah satu-satunya pemegang budaya asli Mentawai?
Melestarikan budaya sama dengan melestarikan ide.
Hal ini dikarenakan dukun Mentawai tak hanya berpenampilan tradisional, namun juga melakukan upacara-upacara tradisional yang hingga saat ini masih diterapkan.
"Dukun adalah penjaga budaya Mentawai. Jika dia hilang, budaya [ide] Mentawai ini terancam," kata dia.
Menurutnya budaya bukanlah atribut-atribut pada tubuh seperti pakaian, topeng, dan lain-lain, melainkan ide. Melestarikan budaya sama dengan melestarikan ide.
Namun, masyarakat modern dari luar Mentawai pun bisa membantu melestarikan ide tersebut. Salah satu caranya adalah dengan memahami ide Mentawai seperti bagaimana yang dipahami oleh orang Mentawai sendiri.
Pemahaman mengenai ide Mentawai ini supaya ada keselerasan antara masyarakat dengan lingkungan.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR