Nationalgeographic.co.id - Di saat vaksin untuk pagebluk COVID-19 telah dibuat, didistribusikan secara cepat, dan ditinjau lebih lanjut untuk jangka panjang, para ilmuwan akhirnya menciptakan vaksin untuk melawan penyakit menular tertua dan mematikan: malaria.
Vaksin tersebut dibuat oleh GlaxoSmithKline. Mekanismenya dibuat untuk meningkatkan sistem kekebalan anak untuk melawan Plasmodium flaciparum—salah satu dari lima patogen malaria yang mematikan dan paling umum di Afrika.
Dalam kabar terbaru dari laman WHO hari Rabu (06/10/2021), vaksin malaria telah mendapatkan pengesahan, dan menjadi langkah pertama dalam proses untuk didistribusikan secara luas pada negara-negara miskin.
Sementara, negara maju bukan menjadi fokus pemberian vaksin karena rendahnya kasus. Penyebaran di negara maju mayoritas disebabkan pulangnya warga negara mereka melancong negara-negara yang menghadapi pagebluk.
Baca Juga: Ilmuwan Mencoba Mencegah Malaria dengan Rekayasa Genetik Nyamuk
Rencananya vaksin bernama Mosquirix ini diberikan dalam tiga dosis pada anak usia 4 dan 17 bulan, dan dosis keempat pada 18 bulan kemudian. Vaksin ini telah diuji klinis di Kenya, Malawi, dan Gana. Diperkirakan dari 2,3 juta dosis akan diberikan pada tiga negara ini untuk menjangkau lebih dari 800.000 anak.
Pimpinan proyek vaksin malaria WHO Mary Hamel memprediksi, vaksin akan meningkatkan presentase anak-anak terlindungi dari malaria lewat berbagai cara lebih dari 90 persen.
"Kemampuan untuk mengurangi ketidaksetaraan dalam akses ke pencegahan malaria—itu penting," ujarnya, dikutip dari the New York Times. "Sangat mengesankan melihat bahwa ini dapat menjangkau anak-anak yang saat ini tidak dilindungi."
Vaksin Mosquirix juga diyakini ampuh untuk menghadapi penyakit parasit apa pun. Apa lagi, pengembangan vaksin ini juga telah berlangsung selama sekitar 100 tahun lamanya.
Baca Juga: Ilmuwan Pelajari Sel Kekebalan Nyamuk, Mengapa Bisa Kebal Parasit?
"Ini adalah lompatan besar dari perspektif sains untuk memiliki vaksin generasi pertama melawan parasit manusia," kata Pedro Alonso, direktur program malaria global di WHO.
Pengujian vaksin baru-baru ini dijalankan dengan kombinasi obat pencegahan, yang diberikan pada anak-anak pada periode penularan tertinggi. Cara ini menjadi pendekatan ganda yang lebih efeketif untuk mencegah penyakit parah, perawatan inap, dan kematian, daripada sekadar satu metode saja.
Source | : | The New York Times,WHO |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR